KAWULA - GUSTI
SEPERTI tidak boleh terpisahnja rangkaian kata2 jg Stelah kami kupas, jaitu "eling waspada", "ridla- ichlas", "tertib damai", maka demikianlah halnja dengan dua setangkai kata tersebut diatas: Kawula Ġusti. Dua tetapi sebenarnja satu. Oleh karenanja tidak boleh dipi- sah, sebab satunja bagaikan bajangan atau kumandang dari jang lain.
Dipalau Djawa-Madura, dua setangkai itu tidak asing lagi, baik sebagai arti kata maupun sebagai arti isi ke- batinannja. Bahkan sebenarnja seluruh kepulauan Indone- siapun sudah mengenal dua perkataan itu, meski kiranja tidak dalam arti kebatinan tadi. "Kawula" terdapat dalam perkataan keluarga jang mengandung dua kata kawula dan warga. "Gus i" hampir dimana2 sudah dikenal seba- gai gelar.
Jang paling tepat dipakainja dua setangkai itu ialah dalam arti filsafat, jang berabad2 lamanja telah terdjalin dalam hati sanubari bangsa kita chususnja di pulau Dja- wa Madura (Bali) ini.
Kawula Hamba. Gusti Jang diperatas (Dianggap, di- djundjung). Menurut arti tersebut, maka letaknja hamba itu dibawah, dan Jang Diperatas itu barang tentu diatas. Dengan seketika teranglah disini, bahwa "bawah" dan "atas" itu dua arti jang saling memperkuat beradanja. Tiada atas djika tiada bawah sebaliknja tiada bawah djika tiada atas, bahkan bawah itu menundjukkan bahwa adanja atas. Oleh sebab itu mudahlah kiranja dimengerti, bahwa kedua arti itu tidak bisa dipisah. Beradanja dua memang penting, karena menundjukkan tempatnja ma- sing-masing dan hak-kewadjiban masing masing. Tetapi dalam galibnja hanja ada satulah. Djika adanja kawula karena menundjukkan adanja Gusti. Tetapi sebaliknja adanja Gusti, karena disebut didjundjung, diperatas oleh Kawula.
Oleh sebab itu Kawula harus selalu ingat (eling) menghadap, menjerahkan diri dengan bakti kepada Gustinja. Dan pasti Gusti akan menerima dan memberi tempat dalam kalbunja dengan leluasa, karena memang Gusti adalah bersifat murah. Kawula jang sudah insjaf
dan mendjalankan arti itu, berarti bahwa Kawula sudah
41