Halaman:Ksatrya.pdf/41

Halaman ini belum diuji baca

TUNGGAL

SUTJI Tata Ngesti Tunggal". Demikianlah bunjinja sembojan Taman - Siswa jang didjundjung oleh bapak ibu anak, jaitu suatu keluarga jang dengan bersih batinnja dan tertib lahirnja mentjita tjitakan persatuan kokoh-kekal". Bahwasanja hanja batin jang sepi pamrih dan lahir jang tertib bisa mewudjudkan persatuan jang kekal itu. Sembojan tsb. disini dikemukakan sekedar un- tuk mengambil makna tunggal".

Njatalah menurut uraian diatas, bahwa,,tunggal" itu ialah,,satu". Sungguh tepatlah maksud ini dari sudut sasteranja. Tetapi pula sungguh tepat dalam falsafatnja. Satu, bukan dua atau tiga. Memang benar, bahwa satu itu bisa djuga terdjadi dari dua atau tiga. Tetapi dua atau tiga, jang sudah hilang nafsu kedua dan nafsu ke- tigaannja, bahkan dua atau tiga jang sudah luluh sama sekali.

Boleh djadi rupanja dua, tetapi dalam galibnja tetap satu. Laksana bagian atas dan bagian bawahnja daun sirih, jang mempunjai tjorak tjorai dua, tetapi tjobalah digigit, nanti tentu hanja satulah rasanja.

Tunggal rasa, inilah jang oleh karenanja lalu mem- punjai maksud satu itu. Bahkan hanja tidak rasanja sadja jang satu itu, tetapi pada bulatnja hendaklah sama kali Tunggal Tjipta, Tunggal-Rasa dan Tunggal - Karsa. Kembali kepada keluarga tadi, jaitu bapa-ibu-anak. Suatu keluarga jang masih ngalor ngidul tjipta rasa - karsanja, mustahil bisa tunggal.

Sebenarnja djika diperdalamkan, maka hanja para Ksatrya jang bisa tunggal dan bisa Menunggal, ialah dalam arti Kawula Gusti. Karena ia sudah sepi pamrih batinnja, dan bersiap lengkap, pun tertib lahirnja. Ia mengerti, bahwa Kawula dan Gusti memang Dua tetapi insjaf pula, bahwa Kawula jang pasrah" itu tentu bisa luluh, bisa bersatu padu, bisa Tunggal dengan Gustinja. Dan disitulah pula didalam menunggalnja Kawula dan Gusti itulah, letaknja djaja, tetapi pula sa'at bahagia raja.



45