Halaman:Ksatrya.pdf/42

Halaman ini belum diuji baca

SEMBILAN.

SETELAH dikupas „Tunggal" jang berarti "Satu", ma- ka ternjata bahwa kata itu mengandung isi jang dalam. Demikianlah dengan adanja angka2 jang lain, masing2 memberi pedoman.

Dua loro2-ning atunggal, Tiga tri-sakti, Empat = keblat-empat, Lima pantja indera, Tudjuh = tingkatan- kealam-baka, Delapan Tjakra, dan sembilan = babahan- nawa-sanga (babahan = lobang).

Seorang Ksatrya jang telah lengkap bersendjata adil, djudjur, sepi- pamrih, diam, pasrah dan lain sebagainja, pendek kata jang sudah menetapi Kawula Gusti, tentu selalu ingat dan berdjalan atas petundjuk angka2 terse- but berturut2. Hingga tepat pada saatnja tahu, bahwa ia harus menutup pintu-gerbang, ialah babahan nawa sanga, jang menempel pada Djandjinja. Demikianlah karena ia tahu, bahwa sembilan buah pintu itu bisa memasukkan hama dari luar, tetapi bisa mengeluarkan segala daja dari dalam tubuhnja, hal mana mempunjai akibat melemahkan tubuh dan menghantjurkan semangatnja.

Inilah arti sembilan" itu hendaknja ja'ni membe- baskan kuman2, lalu memberi semangat dan ilham2 untuk perdjuangan hidup seterusnja". Tidak mengindahkan arti itu, berarti tidak mau membebaskan kuman2 dan tidak mau memberi semangat dan kesempatan pada ilham2 jang sedjati tadi. Ingat pada sembilan tiada lain, melain- kan mendjaga djanganlah djandji kawula akan bebas tadi diabaikan hendaknja. Tutuplah babahan-nawa-sanga rapat2, nanti akan menghadapi tjahaja gumilang.



46