Halaman:Ksatrya.pdf/7

Halaman ini telah diuji baca

Pantja-indera dengan Nafasnja menudju kearah satu jang tetap adanja. Dengan keterangan kata „sila” tahadi maka lebih teranglah arti2 kesusilaan itu. Jaitu bahwa orang jang memegang teguh kesusilaan itu, haruslah seperti orang jang duduk sila tahadi, bersikap rapih sentausa tegap, tetap dalam hati (terhadap hal jang sutji, bukan tetap, terhadap hal jang tidak senonoh), bersiap dalam segala hal, tidak gampang roboh kian kemari, dan ramah-tamah pada mukanja tidak ramah-tamah dalam bibir tetapi terus kehatinja. Sikap Ksatrya jang terutama harus dipenuhi adalah sikap susila itu.

Adapun jang sebetulnja mendjadi pokok sebab2 robohkan sikap2 susila itu ialah tiga hal: Prija/Wanita, Harta dan Tachta. Tri sakti dalam Alam Ichiriah ini memang betul mendjadi pendorong bagi manusia hidup dalam dunia fana ini.

Pendorong kata kami, karena memang tiga pokok tadi tidak boleh diabaikan. Orang prija (laki) memang perlu mempunjai wanita (istri) dan sebaliknja wanita perlulah didjodokan dengan prija. Dalam hidup jang sekarang jang sudah serba madju ini, memang menurut ilmu~ekonomi wang atau harta itu bagi negeri amat perlu. Tachta ialah pangkat atau pembagian kedudukan dalam masjarakat perlu sekali djuga, karena memang suatu masjarakat itu harus diisi dengan orang2 jang berkedudukan selaku jang memimpin dan jang dipimpin.

Tetapi jang lalu mendjadi bukti jang amat tjelaka itu, djika prija-wanita, ataupun harta dan tachta lalu mendjadi pendorong karena nafsu prija atau nafsu wanita, karena nafsu-harta dan nafsu-tachta atau gila-tachta.

Inilah hal-hal dalam djiwa manusia jang mendjadi musuh dalam selimut tadi, dan jang dapat merobohkan sikap-sikapnja susila sendiri, inilah hal-hal jang bagi manusia dapat mendjalari.

MENERDJANG KESUSILAAN.

Dalam zaman Hindid-Belanda dan Djepang memang banjak sekali sikap-sikap susila itu diterdjang. Zaman sudah beganti. Bertapakah kini dalam Zaman-baru, Sudah barukah sebetulnja semangat kita ini? Pertanjaan

11