Halaman:Lontjeng Merenggut Arwah 04.pdf/9

Halaman ini telah diuji baca

atjap kali menjebabkan manusia djelek bertubuh bongkok ini djadi sering sekali memandang Ho Ho dengan tatapan mata jang bengis sekali— — —.

Mari kita ikuti tjerita Peng Bin Koay- hiap itu— — —.

Malam itu memang malam Tjap go (lima belas, hitungan tionghoa), maka rembulan bersinar dengan terang sekali. Diatas pegunungan Thian-san saat itu memang sedang berkumpul ratusan djago-djago rimba persilatan dari berbagai golongan dan aliran. Mereka datang kepegunungan Thian-san itu dengan mengandung bermatjam-matjam maksud. Ada jang hanja sekedar ingin menjaksikan keramaian sadja, ada djuga jang berambisi besar ingin ikut serta memperebutkan gelar djago nomor wahid, dan ada djuga jang hanja datang untuk tjoba-tjoba turut bertanding.

Diantara djago-djago jang berkumpul dipegunungan Thian-san itu terdapat djuga djago djago dari Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay, Kun Lun Pay, See Gak Pay, Tjin Kong Pay, Go Bie Pay dan djuga dari berbagai pintu perguruan lainnja.

Pada hari itu pertandingan Pie-bu ini telah dibuka oleh dua orang djago tua dari Siauw Lim Sie, dan kemudian dilandjutkan oleh dua orang anak muda, masing-masing dari pintu perguruan Kun Lun Pay dan See Gak Pay

Keduanja bertanding tjukup hebat dan seru, mereka berdua djuga bertempur dengan

bersemangat sekali.

L.M.Arwah - 4.

9