Halaman:Lontjeng Merenggut Arwah 09.pdf/10

Halaman ini telah diuji baca

Ho Ho masih berdiri dengan tenang di tempatnja.

„Hajo tjepat berdiri!” bentak Ho Ho dengan suara jang njaring. „Bukankah kau mau menjeret diriki? Mengapa kau malah berbalik seperti seekor monjet menubruk kodok?”

Mendengar edjekan Ho Ho, orang itu jang memang sedang bergusar dan kesakitan, tambah marah. Dia merangkak bangun dengan tjepat, matanja memandang bengis kepada Ho Ho, mulutnja menjeringai menjeramkan sekali.

„Akan kupatahkan tanganmu, botjah busuk!” desis orang itu dengan suara jang menjeramkan sekali. ”Hmmm ... aku Bian Kiu Hu tidak akan memberi hati lagi kepadamu!”

Ho Ho tetap berdiri tenang, dia malah tertawa mengedjek.

”Akan mematahkan tanganku? Baik! Baik! Mari madju!” kata Ho Ho dengan suara jang njaring.

Orang itu segera menjadari bahwa Ho Ho mempunjai kepandaian jang lumayan maka dia tidak berani memandang remeh lagi kepada si botjah. Dengan sikap jang lebih berhari-hati orang itu, jang mengakui bernama Bian Kiu, menerdjang lagi untuk melantjarkan serangan kepada si-botjah dengan gerakan ‘Tjing Pian Ku Ling’, tangan-

8