Halaman:Massa actie.pdf/34

Halaman ini tervalidasi

-30-

moerid dan djoemlah itoe bertambah banjak.. Tetapi sekolah itoe digentjet dengan kekerasan. Dengan alasan jang tak tjoekoep setiap waktoe goe-roe2 sekolah itoe dilarang mengadjar, dan orang toea moerid2 dipertakoet takoeti. Poekoelan penghabisan jang didjatoehkan Serikat hidjau (satoe koempoelan penjamoen jang dimoentahkan, dioepah dan dipimpin oleh pemerintah dan orang2nja). Penjamoen oepahan ini disoeroeh membakari sekolah, mempertakoeti dan menganiaja orang, moerid dan goeroe2nja, jang didjalankan mereka dengan soenggoeh-soenggoeh poela .

Satoe pergerakan rakjat jang sehat menoedjoe kepemberantasan boeta hoeroef jang dipimpin dengan gembira dan ta' memandang soesah pajah oleh kaoem revoloesioner di Priangan ditahoen 1922 ditimpa nasib jang seboeroek itoe poela.

Politik pemerintah ini dalam soal pengadjaran boleh disimpoelkan dalam perkataan : „Bangsa Indonesia mesti tinggal bodoh, soepaja ke tenteraman dan Keamanan 'oemoem terpelihara!”.

3. Kelaliman dan perboedakan.

Meski soedah 300 tahoen Indonesia berkenalan dengan peradaban Barat, masih sadja rakjat kita hidoep didalam keadaan jang ta' mengenal atau mempoenjai hak. Pak Tani ta' pernah sehari djoea mendapat kepastian tentang kepoenjaan, kemerdekaan, bahwa njawanja sekalipoen Setiap tahoen sekroep padjak rakjat semakin keras poetarannja . Kaoem boeroeh tidak boleh mengadakan perhimpoenan atau mengemoekakan keberatannja. Permohonan rakjat jang pantas tidak didengarkan, Pendidikan dan pemimpin rakjat jang dipertjai rakjat ditjap dan diperlakoekan seperti penghasoet dan bandit, dan karena itoe dengan tidak diperiksa lebih doeloe dimasoekkan kedalam pendjara, diperam dikamar tikoes, dihalau keloear negeri atau diketok kepalanja sampai mati. Permintaan dan protes jang beralasan dimoesnahkan oleh boerokrasi jang roepanja lebih soeka tenggelam dalam keboesoekannja sendiri.

Sekarang marilah kita persilahkan Prof. van. Vollenhoven jang termasjhoer itoe berbitjara dan mentjela sikap pemerintah Belanda, seperti jang tertoelis dalam boekce keliali „Indonesier en zijn grond”. Indonesia boleh djadi mempoenjai tidak koerang dari 70% pendoedoek jang hidoep dari pertanian, dan karena itoelah maka penting bagi seseorang terpeladjar - jang kehormatan dan kedoedoekannja beloem pernah ditjoerigai orang - soepaja mendengar apakah jang soedah diperboeat terhadap si tani dalam beberapa tahoen oleh satoe kekoeasaan jang mengakoe dirinja „pengasoeh rakjat” serta merasa berboeat seroepa itoe.

Kita boekan hendak mengorek-ngorek jang soedah terdjadi ,maka lebih doeloe diperbintjangkan kedjadian2 semendjak 60 tahoen dari abad jang silam. Siapa sadja tentoe tahoe dan membenarkan perkataan ,bahwa ditahoen-tahoen itoe „orang Djawa dianiaja”. Tetapi tidak semoea orang dengan lekas melihat matjam apa dan sampai kemana batas penggen-tjetan atas milik kaoem tani itoe. Boeat mengetahoei ini tak oesah kita batja boekoe-boekoe kelaliman pemerintah Blanda ini „kaoem penghasoet dan penjebar kebentjian”, tetapi kita ambil sadja perslahnja sendiri.

Kesewenangan-wenangan Daendels biar begaimana boesoeknja masih dapat dianggap hal_hal jang loear biasa. Ia mempoenjai kekoeasaan sen-