Halaman:Medan Bahasa 1950.pdf/53

Halaman ini telah diuji baca

njak pula hikajat' jang tidak dituliskan, jang hanja ditjerite- rakan dari mulut kemulut, jang dipusakai turun temurun oleh bangsa Melaju. Ahli² bahasa bangsa Inggeris merasa keperluannja membukukan hikajat² dan dongeng2 itu. Win- stedt dan Sturrock umpamanja telah membukukan hikajat² Anggun Tjek Tunggal ,,Malim Deman" d.s.b.

Tiap² hikajat itu ada kata pengantarnja jang tertulis di dalam bahasa Inggeris. Didalam kata pengantar itu diterangkanlah serba sedikit isi hikajat2 itu. Sekolah guru ,,Al Idris college" di Tandjung Malim pun banjak mengusahakan buku² Melaju, terutama buku² peladjaran untuk sekolah².

Jang diperkatakan sampai sekarang baru jang mengenai prosa. Sastera lama, baik di Sumatera, maupun di Malaja banjak djuga menghasilkan puisi. Sja'ir, pantun, madah, saloka, gurindam, talibun banjak jang dikarang oleh pudjangga-pudjangga lama seperti Radja Ali Hadji dari Riau, Hamzah Pansuri dari Barus dan banjak lagi jang tidak disebut namanja. (untuk ini batja Prof. Dr. de Hollander Maleise Taal en Letterkunde). Bahasa² daerah (di Indonesia tidak kurang da- ri 200 banjaknja) sangat mempengaruhi bahasa Melaju itu. Bahasa Melaju di Semenandjung banjak pula pengaruhnja kepada bahasa Melaju di Sumatera (ter-lebih² bahasa Melaju di Sumatera Timur). Sebaliknjapun tentu demikian pula.

Sedjadjar dengan kebangunan Timur umumnja dan Indonesia chususnja, perhatian terhadap kepada bahasa Melaju (jang telah mulai disebut bahasa Indonesia, walaupun belum resmi), bertambah besar. Tjita² untuk tidak mau didjadjah merata diseluruh Indonesia. Pemuda terpeladjar baik di Indonesia, maupun diluar negeri bangun, bersatu didalam organisasi seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Minahasa, Perhimpunan Indonesia d.s.b. Pemimpin² bertambah banjak, masing2 menggerakkan perkumpulannja. Semuanja ber-tjita² mempersatukan seluruh Indonesia mendjadi Indonesia Raja dan menggembleng sekalian bangsa² jang ada di Indonesia ini mendjadi satu bangsa, jaitu bangsa Indonesia. Didalam rapat² dipakailah bahasa Melaju (belum lagi boleh dinamai bahasa Indonesia). Pada pemimpin² dan pemuda² terpeladjar tjita² untuk mentjiptakan satu bahasa jang dipakai oleh seluruh bangsa Indonesia, makin bergelora. Soal seperti: Bahasa manakah jang akan didjadikan bahasa persatuan di Indonesia? Ramai dan atjapkali dibitjarakan didalam rapat². Mau tidak mau Pemerintah Belanda terpaksa