Halaman:Medan Bahasa 1950.pdf/63

Halaman ini telah diuji baca

a. tentang usul perubahan edjaan dengan huruf Latin,

b. tentang kata istilah,

c. tentang memperhatikan, meneliti dan mempeladjari semua matjam bahasa (jang kami maksud ialah bahasa Madura ).

Tentang c. itu dapat kiranja kami menguraikan sebagai tjontoh jang kami dapat dari beberapa buku2 jang sudah ada, seperti berikut:

1. Katjatora è wakto sèttong arè. (Perkataan wakto bagi kebanjakan orang, nistjaja mendjadi pertanjaan. Mengapa tidak memakai bakto. Memang, di Madura-timur ada jang mempergunakan kata wakto; tapi pada umumnja banjak jang memakai perkataan bakto, lebih2 pada waktu sekarang) . Dalam karang-mengarang, pada pendapat Balai Bahasa, sebaiknja bakto sadja.

2. Sèngko' èpakon Alla nèngguwa barang anè. (Perkataan nèngguwa, pendapat Balai Bahasa, tjukup nènggu sadja, dengan keterangan, bahwa maksud kalimat itu sedang didjalankan ; tetapi kalau maksud kalimat itu masih akan didjalankan, perkataan nènggu didahului dengan perkataan bakal, dan kalau demikian perka taan nènggu harus diberi achiran a).

3. Nabbi Isa kasokan a d j a l a n. (Adjalan tentunja alomampa. Memang, tentang ting katan bahasa perlu lebih mendapat perhatian)

4.Emmas sa rèm b a k k a. (Perkataan sarèmbakka, umumnja sekarang dikatakan sarèmbagga ; djadi perkataan rodjak - rodjangga ; djuga sorat - soradda, èsoratè · èsoradi, rat-soratan - rat-soradan).

Hal itu masih perlu kami mendengar bagaimana sebenarnja keinginan umum.

Sungguhpun begitu, pada pendapat kami lebih baik dalam karang-mengarang pada masa ini, djika memakai perkataan² : sarèmbagga, rodjagga, soradda, èsoradi, ratsoradan, sasabba, èkotabi, tjalopagan dsb. Karena soratta, sarèmbakka dan sematjamnja itu pada waktu ini hanja dipergunakan oleh Madura-timur sebahagian sadja, sedang Madura-barat sama sekali tidak memakainja).


21