buran isterinya. Setelah dibersihkannya kubur itu, maka ditanamnya pohon puding emas sebelah atas kepala kubur itu. Setelah itu ia pun menadahkan tangan arah ke langit memohonkan, hubaya-hubaya arwah Jamilah dilapangkan Allah dalam kubur, dan dia dua beranak dipelihara Tuhan dalam segala hal. Ada sepekan lamanya guru Kasim memperbaiki pekuburan isterinya, ditemboknya dengan batu dan pada kepala pekuburan itu ditarahnya sebuah batu marmar yang bertuliskan tanggal hari bulan Jamilah meninggal dunia. Pada keliling kubur itu ditanamnya pula bunga raya akan jadi pagarnya.
Guru Kasim pulang dari Pontianak itu diketahui oleh orang kampungnya. Mereka itu maklum, bahwa guru itu sudah kematian isteri. Maka kedengaranlah desus-desus orang dari kiri kanan hendak mengambil guru Kasim semenda ke rumahnya. Orang yang datang meminta kepada kaum keluarganya bukan sedikit. Bahkan ada yang datang sendiri kepadanya, berkata dengan terus terang memintanya jadi orang semenda. Sekalian permintaan itu ditolaknya sama sekali dengan alasan, bahwa angan-angannya belum ada hendak beristeri. Oleh karena tidak putus-putus orang datang, dan boleh dikatakan setiap hari hal itu saja yang diuruskannya, guru Kasim merasa tidak senang hati dan berniat hendak segera kembali ke Pontianak.
Pada suatu malam, petang Kamis malam Jum'at, sesudah berbuka di rumah mentuanya, guru Kasim berdatang kata kepada Datuk Besar, katanya, "Mamak! Maksud saya, jika tak ada aral melintang, dua hari lagi, yaitu hari Ahad ini saya hendak kembali ke Pontianak."
"Apakah sebabnya Sutan tergesa-gesa benar hendak berangkat?" ujar Datuk Besar. "Bukankah sekolah dibuka lepas puasa enam? Lagi pula hari raya tinggal 8 hari lagi. Manakah yang lebih baik Sutan berhari raya di sini daripada di rantau orang?"
Guru Kasim berdiam diri, perkataan Datuk Besar itu terbenar dalam hatinya. Tiap-tiap orang yang merantau biasanya bulan puasa pulang menemui kaum keluarganya dan berhari raya di kampungnya. Akan tetapi dia dari jauh pulang ke kampung, sekarang hampir akan hari raya hendak balik ke rantau orang. Oleh karena itu ia termenung memikirkan apa akan jawab pertanyaan itu. Setelah dapat olehnya sesuatu sebab yang dicari-cari saja, maka katanya, "Sebenarnya memang saya hendak berhari raya di kampung,
51