“Nan kuriek adolah kundi,
Djokok ran merah adolah sago,
Nan bajek adolah budi,
Djokok nan indah adoiah baso”.
Dengan manifestasinja : Tidak lamak karano santan, tidak manih karano tangguli dan tidak kunieng karano kunik. Demikianlah integrasinja perpaduan Adat dar Agama Islam di Minangkabau jang harus kita pupuk dan kita pelihara.
Unsur utama pendukung dan penanggung djawab kedua lambang
jung amat penting itu adalah : Ninik-mamik (Penghulu) jang teguh memegang Adat dan Alim-Ulama (Malin) jang teguh memegang Agama.
Penghulu adalah pajung pandji dalam nagari dan Alim-Ulama adalah
suluh bendang dalam nagari. Dalam setiap peristiwa penting ang berlaku dalam nagari kedua unsur utama itu harus hadir. Belum dapat
dianggap sah suatu upatjara manakala belum lengkap hadir kedua unsur jitu, jaitu Ninik-mamak dan Alim-ulama. Ninik-mamak pemangku Adat, sekalipun spesialisasinja Adat dan kebudajaan, adalah djuga Orang jang ta'at ber-Agama. Demikian djuga keadaannja Alim-ulama, sungguhpun spesialisasinja adalah Agama, namun mereka adalah orang jang kuat Adatnja. Katakanlah umpamanja bahwa Ninik-mamak itu tidak Islam atau Alim-ulama tidak ber-Adat, pastilah mereka akan mengamuk lantaran marah, karena utjapan seperti itu buat mereka adalah arang tertjoreng dikening. Drs. Sidi Gazalba menegaskan dalam bukunja “Mesdjid Pusat Ibadat dan Kebudajaan Islam”, halaman 273. seperti berikut :
“Integrasi Mesdjid dalam sosial, berpangkal dan berudjung
pada bersatunja Mesdjid dan Balai Adat dalam nagari, jang
satu sebagai lenbaga Ibadat dan jang Jain lembaga Kebuda-
jaan, Effek Ibadat adalah Kebudajaan, dan Kebudajaan ti-
dak melepaskan diri dari Ibadat. Demikianlah Mesdjid dan
Balai Adat merupakan dua sedjoli, ia adalah Dwitunggal da-
lam tjara hidup Minang ...”.
2. Perkembangan hukum tanah dan waris di Minangkabau.
Disamping Harato Sako, maka Tanah dan Waris di Minangkabau
adalah dinamai ”Harato Pusako” masing” mempunjai lupak hukumnja
sendiri. Bidang “sako” Jupak hukumnja adalah ”hak bapunjo” jang diatur kedudukannja menurut kelarasan Adat tiap2 nagari, Budi Tjaniago atau Koto Piliang.
Adapun “Harato Pusako” lupak hukumnja adalah “Harato Bami-
liek” dengan tingkat bidangnja jang terbagi kepada 2 matjam :
121