Halaman:Menggali Hukum Tanah dan Hukum Waris.pdf/136

Halaman ini tervalidasi

  (1) Pusako Tinggi, jaitu segala harta pusaka jang berupa hutar-tanah, sawah-ladang, rumah-gadang, pandam-pekuburan dan lain? jang sudah lama diwarisi turun temurun dalam keadaan jang sama menurut bunji pantun petitih :

     “Birik-birik tabang kasawah,
     Dari sawah tabang kahalaman,
     Patah sajok tabang baranti,
     Basuo ditanah bato.

     Dari Ninik turun ka Mamak,
     Dari Mamak turun ka kamanakan,
     Patah tumbuch hifang baganti,
     Pusako tatap baitu djuo”.

 Harato Pusako Tinggi dinamakan djuga ”Pusako Basalin”, tidak boleh didjual dan digadaikan ketjualt dalam keadaan darurat dengan sjarat2 tertentu.

  (2) Pusako Randah, jaitu segala harta pusaka jang diperdapat dari hasil usaha pekerdjaan dan pentjaharian sendiri, jang boleh didjual dan digadaikan menurut keperluan dengan sepakat ahli waris.

 Hukum tanah dan waris tentang “Pusako Tinggi” tetap terpelihara menurut Adat jang berlaku sesuai dengan fungsinja sebagai hak ulajat. Rumpuik rantai samek sameto, kabawah takasiek bulan dan kaateh tarambun djati adalah hak ulajat di Minangkabau, mendjadi harta jang turun-temurun sepandjang Adat Matriarchaat jang tetap berlaku dan dipelihara di Minangkabau, sampai sekarang ini, sekalipun menurut adjaran Agama, hal ini belum djelas atau tegasnja belum dapat diakui shahnja menurut Hukum Sjarak.

 Sebelum kita memasuki sampai dimana perkembangan Hukum Adat jang berlaku terhadap Pusako Randah di Minangkabau dewasa ini, maka terlebih dahulu kita kembali kepada perkembangan dan kemadjuan jang telah berlaku semendjak lahirnja “Piagam Bukit Marapalam” jang telah melahirkan Kato-pusako seperti telah disebutkan diatas :
     "Adat bapaneh, Sjarak balindueng,
     Sjarak mangato, Adat mamakai.
     Adat dan Sjarak sanda-manjanda,
     Adat basandi Sjarak, Sjarak basandi kitabullah”.

jang dikuatkan lagi dalam pahatan-kata pantun petitih jang berbunji :

122