Halaman:Menggali Hukum Tanah dan Hukum Waris.pdf/54

Halaman ini tervalidasi

Sjeich Ahmad Chatib jang mengatakan memakan Harta Pusaka adalah memakan Harta Haram, tinggal di Makkah tidak pulang-pulang sampai matinja, telah mentjantumkan Daerah jang ditjintainja ini diudjung namanja, jaitu Sjech Ahmad Chatib bin Abdul Latif Al-Minangkabawi.

VI

Terbuka Mata Anak Minang.

Dua faktor menjebabkan mempertjepat pertumbuhan kepribadian anak Minang. Pertama didikan Agama, kedua didikan sekolah. Keduanja bergabung djadi satu, menjebabkan tidak puas lagi telah termakan d'idikan pertumbuhan pribadi itu tidak berani tinggal dikampung tagi.

Atau dia dapat diasut djadi komunis, karena ingin menggandjil dari orang lain, ingin mendjadi Mantiko, lalu dia bernjanji:

"Hilangkan Adat serta paham tua,
wahai rakjat, sadarlah sadar ..."

Saja buat misal satu "karikatur" :

Seorang pemuda hidup rukun suami-isteri dikampung. Setelah beberapa bulan kawin, terasalah gelisah karena masih hidup menompang kepada hasil Harta Pusaka. Lalu mereka minta izin merantau suami-isteri. Oleh kaum keluarga di-izinkan merantaulah mereka, terbuka pintu pentjarian. Hidup rukun, sampai beranak-anak.

Setelah merantau bertahun-tahun mereka mendapat rezeki, lalu pulang kekampung membawa anak-anak jang telah lahir dirantau itu.

Mulai sadja tiba dikampung, sianak menjaksikan suatu jang sangat mengherankan mereka. Jaitu dia dengan ibunja pulang kerumah ibu dan ajah pulang kerumah ajah. Sianak selalu bertanja kepada ibunja mengapa ajah tidak disini. Dan mengapa ajah tjuma malam sadja pulang. Nanti sekali-sekali anak itu dibawa bertandang kerumah ajah jaitu rumah bako. Dan sianak lebih tertjengang lagi setelah ibunja memberi tahu bahwa sukunja dengan suku ajahnja berlainan.

Tidak lama mereka tahan dikampung, mereka segera berangka: kembali kekota tempat mereka merantau. Sangat gembira hati si Anak, sebab telah berkumpul dengan ajahnja kembali.

Dan susunan masjarakat begini adalah berpokok pangkai pada harta tua tadi djuga. Sebab itu tidak heran kalau ada anak Minang dizaman Belanda menaturalisir dirinja djadi Belanda dan tidak heran jika Sjeich Ahmad Chatib lebih enak hidup di Mekkah. Dan Abd. Rivai pentjinta Minang jang tidak mau pulang ke Minang,

40