Halaman:Menggali Hukum Tanah dan Hukum Waris.pdf/74

Halaman ini tervalidasi

Hikmahnja ialah dalam kepentingan umum harus diadakan tanggung djawab, jaitu menurut kesanggupan masing-masing.

  "Tidak ado tukang membuang kaju,
  Nan bungkuek djadikan tangkai pangkue,
  Nan luruih djadikan balabeh,
  Nan sagadang tapak tangan djadikan papan tuai,
  Nan ketek djadikan pasak suntieng".

Hikmahoja, ialah mengenai materi tidak ada jang tidak berguna. Mengenai manusiapun masing-masing ada gunanja sebab :

  "Nan buto pahambuih Jasueng,
  Nan pakak palapch badie,
  Nan lumpueh pahalau ajam.
  Nan kuek paangkek baban,
  Nan tjadiek tampek batanjo".

Malahan ada pula pepatah jang hikmahnja adalah njata, jaitu :

  "Nan ketek dikasihani,
  Nan tuo dihormati,
  Nan samo gadang dibaok sato".

Dengan melaksanakan hikmah-hikmah jang terkandung dalam adat, adat itu akan hidup dari zaman ke zaman dan memberikan manfaat jang njata, bukan hanja mengetahui bunji-bunji kata-kata pepatah-petitih dan fatwa-fatwa adat itu sadja.

Kata-kata itu hanja ibarat-ibarat, tetapi isi dan udjutnja harus digali. Dan disinilah terletaknja udjud dari thema ini, jaitu menggali hukum adat Minangkabau dalam rangka pembangunan daerah. Dan pepatah-petitih dan fatwa-fatwa mengenai soal ini tjukup banjak dimiliki oleh orang Minangkabau dalam adatnja. Soalnja sekarang adalah bagaimana memanfaatkannja. Dan terhadap adat Minangkabau sebagai suatu sistirn hendaklah selalu diingat dan selalu waspada, sebab :

  "Ingek ingek,
  Nan dibawah nan kamahimpok"

VI. Thema berikutnju ialah Menggali hukum adat Minangkabau dalam rangka pembinaan Hukum Nasional.

Pasal 29 ajat 1 U.U.D. 1945 berbunji:

"Negara berazas atas ke-Tuhanan Jang Maha Esa" dan Pantjasila sebagai falsafah Negara, berisikan ke Tuhanan Jang Maha Esa.

Berfalsafah dalam agama ini sebagai dasar dari Negara belum lagi diketemukan, pun demikian halnja falsafah negara jang tentu harus