Halaman:Menjelang Alam Pancasila.pdf/41

Halaman ini tervalidasi

seterusnja sampai leburnja wortelras ketudju jang berarti chiamat jang sebenar-benarnja berbarang dengan leburnja dunia.

 Andaikata tafsiran diatas dapat dibenarkan, maka teranglah bahwa wortelras kelima itu dapat diumpamakan seorang dewasa jang telah dapat mempergunakan Pantja Inderanja dengan sempurna. Begitupun wortelras ke-enam dapatlah diumpamakan seorang jang hidup dalam masa peralihan dari dewasa ke tua, dan telah dapat meng-coordineer atau kalau perlu menguasai Pantja Inderanja dengan maksud untuk mentjapai kesempurnaan hidup. Pada umumnja alat coordinasi ini disebut „Sat-drija” atau Indera jang ke-enam. Disitulah mulai bekerdjanja „rasa tunggal” atau rasa jang satu dalam tubuh manusia jang pada umumnja lalu dikatakan bahwa segala tindakan atau budinja adalah atas kehendak Tuhan Jang Maha Esa. Pun wortelras ketudju dapatlah diumpamakan seorang tua jang mulai menggembleng djiwanja sendiri agar dapat berdekatan dengan Gaib atau Tuhan Jang Maha Esa dengan maksud supaja kelak dapat kembali kealam Gaib atau Tuhan Jang Maha Esa. Pada umumnja alat untuk mempersatukan djiwanja dengan Gaib ini di sebut „Sapta-drija” atau Indera jang ketudju. Disitulah mulai bekerdjanja „rasa wor ing Gaib” atau rasa persatuan dengan Gaib. Karena itulah maka dari dahulu kala hingga sekarang selalu timbul agama baru dengan Nabi²-nja jang baru pula didunia dengan maksud untuk menjesuaikan diri dengan tingkat kesempurnaan djiwa-nja. Terang pulalah bahwa agama lama tidak mungkin dapat dipaksakan untuk dianut oleh manusia dalam alam baru. Inilah sebabnja maka tiap² agama tentu mengalami keruntuhannja karena takdir sehingga siapapun jang mempertahankannja berartilah menentang beredarnja zaman kearah kesempurnaan.

 Untuk djelasnja, maka peprintjian tentang wortelras tersebut baiklah kita sadjikan dibawah ini :

 Manusia jang pertama kali dititahkan didunia sedjak terdjadinja dunia dapatlah diumpamakan seorang baji jang baru sadja

40