Halaman:Menjelang Alam Pancasila.pdf/43

Halaman ini tervalidasi

di samodera Hindia atau „Segara Kidul” masih terdapat sebuah Keraton „siluman” atau „djin sjaitan” jg. disebut djuga Keraton Njai Roro Kidul. Kepertjajaan, atau lebih tegas tachajul ini dapatlah kita hubungkan dengan penjelidikannja para ahli sedjarah terhadap letak pusat kebesaran wortelras ke tiga diatas. Kemudian wortelras ketiga ini pun, setelah sampai pada puntjak kemadjuannja dalam segala hal, sesuai dengan zamannja, tenggelam djuga karena perobahan alam. Perlu diketahui, bahwa keadaan badannja boleh dikatakan mirip dengan keadaan badan penduduk asli di Australia.

 Wortelras pertama, kedua dan ketiga ini barulah mengerti dan berbakti kepada Ibu Pertiwi atau tanah airnja jang mengandung segala kebutuhannja, mitsalnja, air, tumbuh²-han, batu untuk alat² dan sebagainja. Keadaan mereka ini dapatlah diumpamakan seorang baji, setengah muda dan muda jang baru mengerti dan dapat berbakti kepada orang² di lingkungannja dengan siapa ia sangat erat hubungannja dan dari siapa ia selalu menerima segala kebutuhannja sehari-hari. Karena itulah, maka kita tiada akan heran kalau pada waktu berkuasanja wortelras² pertama, kedua dan ketiga itu orang masih memudja-mudja batu, pohon, gunung dan sebagainja jang menurut pengalamannja dapat dipandang sebagai benda jang sering mendatangkan keuntungan dan keselamatan atau sebaliknja menimbulkan bentjana baginja.

 Setelah datang pada puntjak kemadjuan hidupnja jang sederadjat dengan „tingkat alam djiwanja” maka „wortelras” ketiga ini achirnja tenggelam djuga karena keadaan alam ; dan tenggelam djugalah pusat kediamannja kebawah samodera Hindia.

 Kemudian timbullah „wortelras” baru lagi jaitu „wortelras keempat” jang menguasai, memimpin dan mempengaruhi manusia di lingkungannja. Pusat kediaman mereka jalah disuatu benua jang sekarang telah tenggelam mendjadi samodera Atlantic. Sesuai dengan „tingkat djiwanja”, mereka pun masih menjembah matahari dengan pengiraan bahwa matahari memang berdjasa kepada ma-

42