Halaman:Menjelang Alam Pancasila.pdf/44

Halaman ini tervalidasi

nusia dan sangat berpengaruh terhadap dunia. Pun mereka achirnja dapat mentjapai puntjak kemadjuan hidupnja sesuai dengan zamannja. Pun mereka mengalami djuga masa peralihan. Artinja di tengah-tengah mereka timbullah aliran fikiran baru bahwa diatasnja Matahari masih ada Jang Maha Kuasa. Pentjipta aliran fikiran baru ini mulailah mengerti akan Tuhan Jang Maha Esa jang kemudian mendjadi pudjaannja. Aliran fikiran baru ini, bagaimanapun djuga, tidak dapat diterima oleh „wortelras” keempat. Begitupun andjuran² untuk menjembah kepada Kekuasaan jang tidak dapat mereka lihat dengan mata kepala sendiri. Ja, mungkin alat-alat di dalam tubuh „wortelras” keempat dan pentjipta aliran baru ini berlainan satu sama lain, alat mana jalah jang dinamakan „indera” atau „zintuigen”, Boleh djadi inderanja pentjipta aliran fikiran baru ini lebih sempurna dari pada inderanja „wortelras” keempat. Oleh karenanja maka sudah selajaknja bahwa pada waktu itu timbullah pergeseran antara mereka ini. Menurut kepertjajaan keturunan dan penganut aliran fikiran baru ini, pentjiptanja mendapat djundjungan Nabi. Nama Nabi ini ialah Nuh. Beliau mendapat perlindungan Tuhan Jang Maha Esa dalam melakukan perdjoangannja pada waktu itu. Setelah datang pada saatnja maka tenggelamlah manusia karena bentjana alam ketjuali Nabi Nuh sekeluarganja beserta pengikutnja. Tentang riwajat Nabi Nuh, mengapa beliau dapat terhindar dari bentjana alam, dapatlah diterangkan, menurut kepertjajaan pengikutnja, sebagai berikut :

 Pada suatu waktu Nabi Nuh menerima Ilham Tuhan Jang Maha Esa. Dalam Ilham itu Nabi Nuh dapat mengetahui bahwa manusia pada waktu itu sudah banjak berdosa dan ta'dapat diperbaiki lagi jang achirnja akan dimusnakan dari muka bumi oleh Tuhan Jang Maha Esa dengan bentjana alam. Untuk menghindari bentjana alam tersebut Nabi Nuh dititahkan oleh Tuhan supaja membuat „bahtera” jang besar. Para pengikut kepertjajaan Nabi Nuh dan segenap chewan jang hidup didunia pada waktu itu di-

43