Halaman:Menjelang Alam Pancasila.pdf/67

Halaman ini tervalidasi
    „Djaga dirilah agar saudara² tidak tergelintjir ke dalam perangkap² atau blok² jang akan bertempur mati-matian berebut kekuasaan !”
    „Ingatlah bahwa bangsa Indonesia sudah mempunjai pegangan hidup sebagai suatu bangsa jang merdeka !”
    „Selamatkanlah Pantjasila dengan segala usaha jang bidjaksana!”

 Andjuran² diatas ini pantaslah selalu diingat oleh segenap bangsa Indonesia pada chususnja dan oleh bangsa² tetangga kita jang ingin mempertahankan kedamaiannja pada umumnja. Seperti kita ketahui andjuran-andjuran ini adalah keluar dari hati murninja para pemimpin perdamaian, bagaikan ajam djantan berkokok karena matahari terbit. Adapun arti pemimpin perdamaian disini ialah pemimpin jang bertjita-tjita akan hilangnja stelsel pendjadjahan ditanah airnja pada chususnja dan seluruh dunia pada umumnja. Sebab, mereka jakin bahwa dengan „tidak adanja” stelsel pendjadjahan ditanah air bangsa-bangsa diseluruh dunia ini, baru tertjiptalah perdamaian jang abadi. Dengan lain perkataan pemimpin² inilah jang berkemauan kuat untuk menanamkan „djiwa merdeka” kedalam senubari bangsanja. Memang, kemerdekaan bagi Nusa dan bangsa adalah sumber segala tjita² jang baik. Tidak ada kemerdekaan, mustahil tjita² jang luhur dapat terlaksana. Oleh karenanja maka kita, bangsa Indonesia dan bangsa tetangga kita, atau bangsa Asia Timur-Selatan atau kita „bangsa jang baru” ini selalulah menuntut kemerdekaan bagi Nusa dan bangsa agar supaja kemerdekaan ini dapat dibuat bekal untuk melaksanakan tjita² kita jang luhur. Bangsa jang baru ini didalam hati ketjilnja memang tjinta damai. Memang inilah salah satu dasar dari pada djiwa kita. Apabila kita dapat mengenal diri pribadi kita ini serta dengan djalan apa atau bagaimanapun djuga berusaha untuk menjelamatkannja maka kita tentu tidak akan terlibat dalam perang

66