Halaman:Menjelang Alam Pancasila.pdf/77

Halaman ini tervalidasi

„DOKURITSU ZYUNBI TJOOSAKAI” atau „BADAN PENJELIDIK USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN” itu sama sekali terlepaslah dari rasa sentimen karena keadaan.

 Berhubung dengan itu maka Pantjasila jang terbuka oleh Bung Karno itu sama sekali tidaklah menimbulkan perselisihan faham antara wakil² dari beberapa golongan masjarakat di Indonesia itu. Wakil kaum Muslimin/Nasrani segan menolak dasar KETUHANAN untuk di ganti dengan dasar agama Islam/Kristen. Wakil² feodal/monarchis djuga segan menolak dasar demokrasi untuk di ganti dengan dasar absolute monarchie. Wakil² ra'jat jang dibelakang lajar mengandjurkan komunisme/socialisme segan djuga menolak dasar² kebangsaan untuk di ganti dengan dasar internasionalisme. Pun wakil² kaum kapitalis/imperialis segan djuga menolak kesedjahteraan social untuk diganti dengan dasar kesedjahteraan individu/negara-tersendiri. Pun wakil ra'jat jang dibelakang lajar menghendaki fascisme, segan djuga menolak dasar perikemanusiaan untuk diganti dengan dasar fascisme. Inilah akibat daripada djiwa jang tertekan dan ingin bebas dengan djalan apapun djuga atau memang demikianlah dasar djiwanja jang sebenar-benarnja.

 Menarik kesimpulan dari kedjadian² diatas maka kita dapat mengetahui bahwa Pantjasila Bung Karno ini sedjak lahirnja dalam dada Bung Karno sampai „terbukanja” kegelanggang masjarakat mengandung djuga kelima-lima sifat Ilham Tuhan Jang Maha Esa diatas. Pendapat ini dapat pula dikuatkan dengan kenjataan² bahwa „Pantjasila” ini selalu terhindar dari setiap kemungkinan akan terkuburnja. Berturut-turut, kemungkinan² ini antara lain dapat ditjatat sebagai berikut :

76