Halaman:Menjelang Alam Pancasila.pdf/84

Halaman ini tervalidasi

 Saudara² kami ada jang di India, Djawa, Sumatra, disemenandjung Malaja dan (beribu-ribu) tempat lain.

 Dengan mudah kami dapat melompat dari saham kemerdekaan ke saham federasi. Kami akan mendapat kemerdekaan kami, hanjalah guna dilemparkannja lagi, karena kami lebih setia kepada segenap negara² Timur. Hal ini dapat kulihat terdjadi dimana hidupku. Merdeka akan tetapi dalam federasi jang sungguh² bertalian kekal. Kami akan mempunjai Parlemen Asia, dan dengan Parlemen ini — saja duga Parlemen ini akan bersidang terus-menerus — kami akan memerintah diri sendiri. Kami akan menemui dan mendapat Asia bagi kami sendiri, dan setelah mentjapai hal ini, saja rasa kami tidak akan mempunjai banjak waktu untuk memikirkan soal² Dunia Barat. Bahaja Kuning ta'akan ada. Hanjalah ada Asia untuk orang² Asia dan Barat untuk orang² Barat dan Rusia untuk orang² Rusia — dunia terpetjah mendjadi tiga. Saja rasa, begitulah harus kita gambarkan dunia dikelak kemudian hari”. Hal jang menggembirakan, meskipun agak menjusahkan pikiran, ialah bahwa menurut fahamnja gambaran itu telah mulai mendjadi kenjataan. Tidak lama lagi akan ada federasi jang belum erat pertaliannja antara negara2 ketjil di Timur Djauh — Siam, Burma, Indo-Tjina. Siapakah kiranja akan mendjadi pemimpin federasi ? Barangkali, djika kita pikirkan, bukanlah India, dan sudah pasti djuga Tiongkok dalam keadaan jang sudah pajah seperti sekarang ini tidak dapat memegang pimpinan atas bangsa² lain. „Tahukah Tuan”, katanja dengan tenang, „bagi saja rasanja mungkin sekali bahwa Indonesia dapat mendjadi negara jang terpenting diantara semua negara di Timur Djauh. Disana tidak ada perselisihan jang berarti ditengah masjarakat : tidak ada soal² politik jang tidak dapat diselesaikan dengan mudah tidak ada pangkal kebentjian jang berakar-dalam terhadap Dunia Barat, meskipun disana-sini ada kebentjian. Ingatlah akan kekajaan alam di Sumatera. Ingatlah betapa mudahnja gerakan revolusi mendapat kemadjuan. Saja seorang Tionghoa dari

83