Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/104

Halaman ini tervalidasi

102

Resia terboeka.


seperti garoeda. Di waktoe merajaken pesta paschen iaorang soeda boenoe anakja Ali Lipouri boeat sembajangken ia poenja Nabi Jezus.”

„Dan apakah kau pertjaja itoe tjerita, Mrika?” menanja Mohamed Ali sambil tarik napas.

—„Soeda tentoe saja moesti pertjaja, kerna ajahkoe, imam Reschid jang soetji, brani tanggoeng betoel itoe perkara dan soeda angkat soempa pada Nabi. Sekarang dengarlah, Mohamed Ali, apa jang tiada lama lagi nanti kedjadian. Ajahkoe jang sanget bentji pada kaoem giaour, soeda bermoefaket boeat binasaken itoe semoea orang kafir di Isnik. Segala kaoem Skipi dari pegoenoengan dan orang-orang Moslim dari Prilip soeda diriken pakoempoelan dalem perkara soetji, dikapalaken oleh ajah saja. Misanan saja, Soleiman bei, bersama kawan-kawanja dan barisan bashi bozouk soeda toeroet pada ini pakoempoelan. Lagi delapan hari orang raja nanti diserang dan doesoennja dibakar. Di ini oemboel nanti dikasi tanda dengen api dan itoe waktoe doesoen Isnik nanti djadi laoetan dara, di mana dagingnja orang kafir nanti dimakan srigala. Tjeloeplah pedang kau di daranja andjing-andjing Christen dan kasi boekti pada saja, begimana kau soeka soedjoet pada agama jang soetji.”

„Mrika,” kata Mohamed Ali jang moekenja beroba poetjet dan sorot matanja mendjadi boerem, „Mrika, dengerlah perkata‘ankoe: tiada nanti saja angkat tangan aken boenoe pendoedoek di Isnik, maski satoe orang poen tiada.”