Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/148

Halaman ini tervalidasi

146

Pembitjara‘an jang penting.


orang; jang satoe sebab koerang kekoeatan dan jang laen lantaran beroba pikirannja, dan achirnja rahajat Toerki jang ada di bawa prentanja satoe Sultan gila, moesti membela diri dengen kekoeatannja sendiri. Dengen tenaga sendiri? Ha, saja taoe ini tenaga tiada ada sebrapa besar!”

Samentara ini pintoe kamar telah terboeka dan saorang kebiri jang koelitnja item berdiri di pintoe, seraja berbisik:

„Toeankoe di loear ada menoenggoe Scheik el Islam, Hasan Kairullah effendi.”

„Silaken ia masoek,” menjaoet Mohamed Ali sambil bangoen berdiri.

Tiada lama poela ada kadengeran orang berdjalan dengan pelahan. Ini tetamoe tinggal berdiri dipintoe kamar, dianter oleh itoe orang kebiri. Scheik el Islam Hasan Kairullah effendi ada pake satoe badjoe poeti pandjang, potongan bangsa Arab, di iket dengen iketan pinggang warna idjo dan pake djoega satoe sorban idjo, pakeannja semoea sjerif[1]. Ia masoek ka dalem kamar, sambil bersalaman dengen tersenjoem, seraja berkata:

„Salam aleikoem!”

„Rami ferhana kif cheftek, Chedd koursi![2]


  1. Toeroenannja Nabi Mohamed.
  2. Ini perkata‘an-perkata‘an Arab artinja: Saja merasa girang kerna meliat toean ada slamat. Doedoeklah!”
    Pembesar-pembesar di Toerki memang soeka bitjara bahasa Arab, lebi poela kaloe bitjara sama oelama-oelama besar, sebegimana adatnja orang-orang bangsawan di Europa jang biasa bitjara bahasa Frans atawa laen-laen bahasa.