Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/15

Halaman ini tervalidasi

Ajah, Iboe, dan Anak

13


 Saprapat djem lamanja toean Werner doedoek bengong. Istrinja masoek ka dalem, bikin sedia makanan. Diam-diam si istri pandang moeka soeaminja dan ia djadi sanget kwatir setelah meliat si Soeami ada mara besar.
 "Minna,” kata Werner pada istrinja, "saja ada bawa satoe kabar amat tiada enak, Julius soeda bikin sala lagi pada chefnja dan sekarang ia Soeda dioesir.”
 "Itoe perkara saja soeda denger djoega,” menjaoet njonja Werner.
 "Dan apakah tiada djelek prilakoenja itoe anak?” menanja si soeami. "Boekankah ia tiada bergoena satoe apa lagi?”
 —"Tapi ia ada baek dan bisa diadjar."
 "Apa kau bilang? Baek dan boleh diadjar?” kata toean Werner jang djadi semingkin mara. "Satoe anak males dan soeka maen top, apa masi bisa djadi baek? Pikiran kau soenggoe aneh Sekali. Anak kita jang soeloeng, Heinrich, betoel ada satoe anak baek, tapi Julius ada satoe anak djahat. Maski begitoe kau sajang pada Julius, Sebab parasnja mirip dengen kau. Ja, kau djangan menangis, saja bitjara sabetoelnja.”
  Njonja Werner toetoep moekanja dan menangis seperti anak ketjil, sabagian sebab takoet pada soeaminja jang sedeng mara dan sabagian lagi sebab inget pada Julius jang tiada baek pri lakoenja. Socaminja berdjalan ka dalem kamar dengen tangan terkepal.