Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/220

Halaman ini tervalidasi

218 Moefaketan di Stamboel

soedjoet betoel agama Islam nanti kapalaken pasoekan prang kita. Akoe poedji pada kau, anakkoe, karna kau soeda bikin djato pada itoe orang Duits, sobatnja orang-orang Christen dan bangsa kafir."
 „Itoeiah blon tentoe," menjaoet minister van oorlog sambil gojang kapala. „Baginda Sultan blon taro tanda tangan di itoe soerat firman dan Sri Baginda selamanja ada sajang pada itoe orang Duits jang terkoe;oek. Brangkali ini sekali djoega permoehoenannja masjawarat besar tiada nanti diloeloesken."
 „Djangan kau kwatir boeat itoe perkara," kata poela Sheik el Islam dengen mesem dan dapet doega apa jang mantri prang soeda pikir „Kita orang moesti pili djalanan jang bener, anakkoe. Ahmed Ejoub tiada ada harepan aken mendjadi Serdar Ekrim. Denger perkata'ankoe, sablonnja matahari terbit Padisha moesti taro tanda tangan di soerat firman, aken lepas kabesarannja Mohamed Ali. Sekarang sabar sedikit, anakkoe, di dalem tempo tiada lama akoe nanti djatoken itoe orang kafir jang adatnja kras.