Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/227

Halaman ini tervalidasi

Satoe gadis jang tjantik enz.

225


mana Abdoel Hamid berbaring ia rangkep kadoea tangannja dan memandang pada Sultan.
 „Apakah hadjat kau, anakkoe ? " menanja Padisha sambil awasin parasnja ini anak gadis. "Apakah kau maoe minta keadilan dari kami?"
 „ja, hamba maoe bermoehoen keadilan dari Toeankoe, Sultan jang berkwasa," menjaoet Sidoura dengen swara aloes, hingga hatinja Sultan mendjadi semingkin tiada tetep, "hamba dateng bermoehoen diganti kahormatannja ajah hamba, Halil bei, jang soeda dinista oleh satoe generaal hambanja Toeankoe."
 ,,Bitjara teroes, boenga jang manis," kata Sultan sambil tersenjóem. „Kaloe ajah kau dihinaken dengen djalan tiada patoet, kami nanti toeloeng padanja.
 „Ajah hamba soeda toeroet berprang sama barisan di Schumla di bawa prentanja panglima piang Moharred Ali pacha," kata Sidoura lagi. „Senantiasa ajah hamba soeda oendjoek kasetia'annja dan kedjer pada rahajat Bulgaar jang banjak bikin soesa pada angkatan prang Toeankoe serta sapeket sama orang Rus, aken mendoerhaka pada karadja'an Toerki. Memang ajah hamba terkenal seperti orang jang sanget bentji pada orang-orang raja jang doerhaka, hingga lantaran begitoe ia djàdi ditakoet oleh bangsa kafir. Tapi apa tjilaka Serdar Ekrim ada aneh sekali adatnja. Mohamed Ali pacha boekan sadja tiada binasaken orang kafir, malahan ia terlaloe