Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/231

Halaman ini tervalidasi

Satoe gadis jang tjantik enz.

229


 —,,Kami nanti prenta aken lepas Mohamed Ali dari pangkatnja. Apakah sekarang kau ada Senang hati?”
 "Banjak trima kasi, o Khalief jang berkwasa,” mengoetjap Sidoura dengen merasa sanget girang di hati.
 "Toeankoe soeda toeloeng djiwanja kita orang dan kita orang saben hari nanti bermoehoen doanja Allah aken membri berkah slamet pada Toeankoe. O, tiada sala doega'an hamba, segala keadilan bisa didapet di bawa doeli Toeankoe Sjah Alam!”
 "Dan katjinta'an boleh dapet ditiari di dalem hati,” demikianlah Sultan samboeng omongannja itoe anak gadis jang manis, seraja pegang djidatnja ini nona. , Sekarang kau moesti tinggal di astana kami dan djadi Kadine. Apa kau Soeka, boenga hatikoe ?”
 Dengen pelahan dan ampir tiada keliatan lagi Sheik el Islam berdjalan kaloear. Ia poenja pakerdja'an soeda slese, maksoednja telah kedjadian dan Mohamed Ali moesti djato!
 Nona Sidoura angkat kapalanja dan memandang dengen tersenjoem pada Sultan. Baginda ini sigra bangoen dan pegang tangannja itoe anak gadis jang eilok. Baginda Abdoel Hamid maoe hiboerken hatinja sebagi oepahan boeat ia kasi lepas pangkatnja satoe panglima prang jang arif bidjaksana serta setia betoel.
 Pegitoelah satoe hamba jang paling setia dari Baginda Sultan jang dipertjaja betoel serta disa-