Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/60

Halaman ini tervalidasi

58

Pertemoean pertama


imam, tapi mengapa moekanja tiada ditoetoep dengen tjadir?... Och, di Albanie orang boleh pake adatnja sendiri... Ho, saja moesti soe-soel zaptien saja jang soeda berdjalan djaoe.”

Mohamed Ali kasi lari iapoenja koeda dan tiada lama ia dapet soesoel penganternja jang soeda djalan lebi doeloe. Setelah ini penganter meliat Mohamed Ali soeda dateng deket, ia sigra oendjoek pada satoe baris roema jang masi ada sedikit djaoe, seraja berkata:

„Toean, kitaorang soeda sampe di Prilip.”

„O, tiada lama lagi saja nanti ketemoe pada ajah saja. Ali pacha,” menjaoet Mohamed Ali. jang moelain merasa tjape, sebab berdjalan begitoe djaoe. „Tapi, Prenk, kau memang kenal keadaan di ini tana pagoenoengan, apakah kau taoe djoega siapa adanja itoe anak prempoean jang baroesan ambil aer di oemboel? Ia bilang, ia ada anaknja satoe imam, apa bener begitoe?”

—„Betoel effendi. Itoe anak bernama Mrika, anaknja imam Reschid: di seantero Prilip dan tempat jang berdamping orang kenal pada itoe nona jang boto, baek dan miskin. Doeloe ajahnja bekerdja di mesdjid besar di Janina, sekarang imam Reschid ada miskin dan tinggal di satoe roema ketjil, dengen melarat dan tiada di open. Istrinja soeda meninggal doenia lantaran soesa hati dan Mrika moesti bekerdja seperti satoe boedak.”

—„Dan apa sebab imam Reschid moesti dapet itoe bahaja, Prenk?”