Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/92

Halaman ini tervalidasi

90  B e r t e m o e   k o m b a l i.

 Tiba-tiba Mohamed Ali angkat kapalanja dengen terkedjoet, sebab mendenger swaranja orang djalan. Aken bersedia soepaja tiada diserang dengen mendadak oleh orang djahat, ia sigra bangoen berdiri sambil pegang gagangp edangnja. Tapi sigra ia lepas tangannja, setelah liat siapa adanja itoe orang jang soed abikin ia djadi kaget.
 Nona Mrika, anaknja imam Reschid, jang di waktoe pagi ia soeda ketemoe di oemboel Veli bei dan jang memang ia sanget ingin ketemoe kombali, se­karang ada berdiri dalem itoe kamar dengen parasnja peroba mera dan awasin pada Mohamed Ali jang tiada sekali didoega bisa ada di ini tempat. Itoe no­na dateng di sana dengen pakean jang ia biasa pake sahari hari di dalem roema; ia ada pegang satoe penggilingan ketjil dari kajoe aken giling djagoeng jang dimasak dengen aer dan soesoe kambing, boeat ia sendiri bersama ajahnja makan. Dengen pakean begini parasnja ini nona bertamba manis serta boto dan lebi menarik hatinja Mohamed Ali.
 „Allah membri berkah pada kau, soedara," kata Mohammed Ali bei seraja oendjoek hormat pada Mrika. „Sobat saja, Soleiman bei, soeda adjak saja ka roema ajah kau dan sekarang ia kasi tinggal saja disini, sebab ia moesti bitjara satoe perkara perloe sama ajah kau.Sakiranja saja tiada bikin soesa pada kau, saja soeka menoenggoe di ini tempat sampe sobat saja balik kombali."
 „Soleiman bei ada saja poenja misanan, "menjaoet Mrika. „Djikaloe ia adjak kau kemari,