Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/96

Halaman ini tervalidasi

94   B e r t e m o e   k o m b a l i

angin jang njaman di moesin panas. Begimanakah saja bisa idoep senang, djika hati saja dingin. dan kosong?"
 Dengen berlinang aer mata, Mrika awasin pada Mohamed Ali, tapi hatinja ini nona manis ada amat girang dan aer moekanja mendjadi terang kombali, sasoedanja mendenger itoe perkata'an-perkata'an jang sedep.
 „Mohamed Ali," kata Mrika, seraja pegang poendaknja ini orang moeda, ,„Mohamed Ali, seandenja betoel kau tjinta pada saja, sebagimana kau mengakoe sekarang dan kaloe betoel hati kau tiada seperti laen-laen effendi di Stamboel jang soeka bawa pengidoepan sebagi orang kafir, maka ini sore, satoe djem sablonnja mata hari toeroen, saja toenggoe angkau di oemboel Veli bei, di mana kau boleh dapet penjaoetan dari saja. Sekarang saja moesti sembajang aken menanja, apa saja moesti toeroet pada kau atawa tiada."
 „O, apa betoel kau tjinta pada saja?" menanja Mohamed Ali dengen girang. Tetapi Mrika angkat tangannja menoendjoek ka loear dan moendoer satce tindak. Lagi sekali ia memandang sambil tersenjoem pada Mohamed Ali jang tiada bisa dibilang girang hatinja, kamoedian itoe nona eilok berdjalan dari pintoe jang teroes ka kebon.
 Ampir di itoe waktoe djoega imam Reschid bersama Soleiman bei berdjalan masoek. Ini doea orang baroe poelang, sasoedanja bermoefaketan dengen