Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/105

Halaman ini telah diuji baca

ASAL-USUL BERKONENG DAN DESA GHILI

Konon dahulu kala pada masa pemerintahan Pangeran Cakraningrat I, terdapat tiga bersaudara yang dianggap istimewa yaitu, Ahmad yang terkenal dengan nama Bhuju Ahmad, Tarhes yang dikenal dengan nama Bhuju Bendo, dan Robbo yang dikenal dengan sebutan Bhuju Markun. Kakak beradik tersebut memiliki keistimewaan masing-masing.

Mereka sama-sama tinggal di bagian timur kecamatan Kamal. Mereka pun menikah dengan wanita pilihan masing-masing. Bhuju Ahmad menikah dengan wanita yang sekampung dengannya, lalu tinggal di daerah timur. Sedangkan Bhuju Bendoh menikah dengan wanita yang berasal dari Jawa lebih tepatnya daerah Surabaya. Bhuju lalu tinggal disebelah barat daerah yang ditempati Bhuju Ahmad. Adapun Makkung yang merupakan saudara termuda, menikah dengan wanita yang beda kampung dengannya yaitu Kampung Beddeh. Mereka berdua tinggal di daerah yang terletak antara daerah yang ditempati Bhuju Ahmad dan Bhuju Bendoh.

Diantara tiga orang istimewa ini, sepak terjang Bhuju Markung lebih dikenal lni disebabkan karena Bhuju Makkung adalah seorang yang berjiwa seni Islami, sesuatu yang jarang dijumpai pada saat itu. Ia sangat menyukai seni lukis terutama kaligrafi. Ia juga merupakan seorang penghafal Al-qur'an. Selain itu, ia sangat menginginkan Islam jaya di pulau Madura. Karenanya, ia selalu melakukan syiar agama kepada siapa saja

Dinamakan Makkung karena pada waktu ikut perang dulu, pemuda Makkung memiliki sepak terjang yang unik. Saat perang

89