apa yang diperintahkan kakaknya. Di tempat yang dimaksud, Bhuju Makkung menancapkan tongkat itu ke tanah. Segera setelah tongkat itu tertancap, Bhuju Ahmad meminta Bhuju Makkung untuk mencabut tongkat itu. Dengan perasaan yang semakin bingung, Bhuju Makkung sekali lagi melaksanakan perintah kakaknya. Dicabutnya tongkat itu yang menyisakan lubang kecil di tanah. Ajaib, dari dalam lubang itu keluarlah air yang sangat deras.
Selang beberapa lama, air tersebut berubah menjadi kuning. Bhuju Makkung melihat hal itu berdecak kagum. Bhuju Ahmad menanyakan kepada Bhuju Makkung apakah air itu yang akan diminta oleh Bhuju Makkung kepada raja. Jika memang iya, Bhuju Ahmad meminta Bhuju Makkung mengangkat tangannya sekali lagi, kali ini untuk bersyukur.
Bhuju Makkung kali kesekian mengikuti perintah kakaknya. Ia mengangkat tangan untuk bersyukur pada Allah dan minta izin untuk membawa air dari tempat itu ke desanya. Bhuju Ahmad mempersilahkan Bhuju Makkung melakukan apa saja yang ia suka pada air itu karena air itu adalah basil pinta Bhuju Makkung pada Allah.
Bhuju Makkung yang kegirangan karena akhimya dapat menemukan sumber air untuk digunakan warganya, tiba-tiba menjadi bingung. Akan diapakan air itu, karena sangat sulit baginya memindahkan air itu sedikit demi sedikit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di desanya. lngat kata-kata kakaknya, ia lantas kembali berdoa kepada Allah memohon petunjuk cara yang mudah mengalirkan air dari tempat kakaknya ketempatnya Ia bertafakur sejenak dan lantas mendapatkan ilham. Tongkat yang dipinjamkan oleh Bhuju Ahmad kepada Bhuju Makkung lantas dipinjam kembali untuk dibawa pulang. Bhuju Ahmad pun mengizinkan.
Dengan menggunakan tongkat yang sama, Bhuju Makkung lantas membuat garis di tanah. Garis itu ia terus buat tanpa putus menuju tempat tinggalnya. Beberapa saat kemudian, Bhuju makkung tiba di tempat tinggalnya. Orang-orang yang melihat Bhuju Makkung berjalan mundur membuat garis lantas saling bertanya-tanya ada apa gerangan. Tidak berapa lama dari waktu sampainya Bhuju Makkung
92