ke desanya, dari kejauhan, terdengar suara gemericik air. Air yang cukup deras temyata mengalir mengikuti garis yang dibuat oleh Bhuju Makkung, seakan berkejaran menyusuri langkah Bhuju Makkung. Garis itu entah bagaimana caranya tiba-tiba berubah menjadi cerukan membentuk kali. Masyarakat yang melihat hal tersebut menjadi terheran-heran sekaligus gembira. Gembira karena akhimya desa mereka dapat dialiri air dan mereka dapat melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya.
Warga desa lantas berkumpul untuk membuat sejenis dam kecil. Bhuju Makkung pun membantu mereka. Beberapa saat kemudian, sesosok laki-laki yang ternyata Bhuju Ahmad datang kepadanya. Bhuju Makkung berlari menyambut laki-laki itu dengan gembira dan mengembalikan tongkat itu kepada kakaknya. Bhuju Ahmad lantas melihat apa yang telah dihasilkan adiknya dan tersenyum sambil berkata, bahwa secara batin ia memang lebih tinggi ilmunya dari Bhuju Makkung namun secara tenaga, Bhuju Makkung lebih kuat darinya. Ia mengatakan, hanya orang-orang yang kuat sajalah yang mampu membuat garis tanpa putus dari rumah Bhuju Ahmad ke desa tempat Bhuju Makkung berada.
Setelah kejadian itu, masyarakat lantas menamai sumber air yang keluar setelah Bhuju Makkung mencabut tongkatnya sebagai Berkoneng, yang merupakan singkatan dari sombher (sumber) dan koneng (kuning), sumber air yang berwama kuning. Sumber tersebut sampai sekarang masih ada dan akan mengeluarkan wama kuning pada hari-hari tertentu. Uniknya, jika di lihat secara kasat mata, sumber tersebut memang berwama jemih seperti sumber pacta umumnya, namun pacta hari-hari tertentu airnya berubah warnanya menjadi kuning. Orang-orang yang melihat air tersebut berwarna kuning dianggap beruntung karena tidak mudah untuk menemukan sumber itu berwarna kuning. Ada yang mengatakan bahwa keluarnya sumber yang berwarna kuning terjadi pada malam Kamis Wage. Namun, ada juga yang pernah melihat air tersebut selain di hari itu.
Adapun desa yang menjadi tempat Berkoneng berada diberi nama Desa Ghili Timur (air mengalir di timur), sedangkan desa tempat
93