Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/111

Halaman ini telah diuji baca

ASAL-USUL BANGKALAN

Pangeran Cakraningrat V memiliki kegemaran berjalan-jalan mengelilingi daerah kekuasaannya yaitu Madura Barat. Selain untuk menyalurkan kegemarannya, jalan-jalan itu dilakukan Pangeran Cakraningrat V untuk melihat kondisi rakyatnya. Suatu ketika, Pangeran Cakraningrat V melakukan perjalanan ke sebuah daerah yang dikenal sebagai Desa Pocong. Daerah itu memiliki sumber air yang cukup deras serta baik kualitasnya. Sewaktu Baginda berjalan menyusuri sungai yang menjadi tempat air sumber mengalir, Baginda bertemu dengan seorang gadis yang merupakan kembang desa di daerah tersebut. Gadis itu bemama Nyai Pocong.

Pangeran Cakraningrat V menyukai gadis itu. Ia lantas bertemu dengan orang tua Nyai Pocong dan mengutarakan keinginannya secara terang-terangan untuk menikahinya. Orang tuanya setuju dan mereka menikah secara sederhana. Pernikahan ini tidak dilakukan dengan meriah karena Pangeran Cakraningrat V telah memiliki istri. Dengan demikian, Nyai Pocong adalah Raji Ampeyan atau selir dari Pangeran Cakraningrat V. Kondisinya sebagai Raji Ampeyan dan bukan Raji Padmi atau permaisuri, menyebabkan Nyai Pocong harus pasrah tidak menuntut banyak pada Pangeran Cakraningrat V.

Tahun-tahun pertama pernikahan Pangeran Cakraningrat V dengan Nyai Pocong berjalan dengan baik Pangeran Cakraningrat V rutin mengunjunginya dan memberinya nafkah lahir batin. Hingga

suatu ketika, kondisi Madura Barat menjadi berubah. Terjadi perubahan politik yang cepat yang mana Pangeran Cakraningrat V sebagai panembahan yang menguasai wilayah Madura Barat dituntut

95