Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/114

Halaman ini telah diuji baca

anaknya. Tapi hati baiknya juga masih ada untuk tidak mengusir keduanya. Lama mereka berbincang sebelum akhimya Kakek Lesap pamit undur diti. Lesap yang masih betah di keraton bersikeras untuk tinggal. Pangeran Cakraningrat V mengizinkan dengan syarat,. Lesap tidak akan banyak mengganggunya karena ia sibuk dan tidak akan mencetitakan siapa ditinya sebenamya kepada siapa pun. Jika ia melanggar syarat itu, maka ia akan diusir dati keraton. dan ibu dan kakeknya akan mendapat hukuman. Lesap muda, paham dan menyetujui syarat itu.

Kakek Lesap pulang dengan menyisakan perasaan yang tidak menentu, antara senang dan kurang senang. Senang karena Lesap akhimya bisa bertemu ayahnya, dan kurang senang karena Pangeran Cakraningrat V mengajukan syarat yang aneh pada cucunya. Setelah sang kakek pulang, Lesap muda kemudian diajak keliling dan ditawari pekerjaan sebagai abdi dalam, sekaligus asisten dati juru rawat kuda bemama Ki Jibantaka. Lesap muda tinggal di rumah Ki ]abantaka yang berada di dekat Ghraha Pracang (rumah tempat pasukan kehormatanjpenyambut tamu kumpul) selama beberapa puluh bulan lamanya.

Selama menjadi abdi dalam, Lesap muda melihat banyak sekali ketidakadilan yang terjadi di Madura Barat Ia juga melihat keangkuhan dan kepongahan dati kompeni Belanda dalam mendikte pemetintahan ayahnya. Di keraton, Ki Jibantaka yang merupakan mentomya dalam merawat kuda juga mencetitakannya banyak hal terkait perkembangan politik Madura Berita-berita, komentar-komentar dan ide-ide dari Ki Jibantaka secara tidak langsung membentuk pola pikirnya. Ia merasa, orang Madura tidak selayaknya tunduk pada orang asing apalagi merasa rendah diti. Menurut Lesap, orang asing itu hanya numpang saja di pulau Madura.

Melihat perlakuan Kompeni Belanda yang sok di Madura Barat, darah pahlawan yang mengalir di sekujur tubuhnya mulai menggelegak Pikiran sehat dan hati nuraninya tidak dapat menetima kerjasama yang dilakukan ayahnya dengan Kompeni Belanda Bayang-bayang akan kekejaman Kompeni Belanda terhadap masyarakat Madura Barat yang makin lama kian menyengsarakan rakyat

98