Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/120

Halaman ini telah diuji baca

crancang yang terbang sendiri menebas para lawan yang melawan tuannya makin memuluskan langkahnya. Akhirnya, Kerajaan Sumenep jatuh di tangan Ke Lesap dan para pengikutnya. Kekuasaan daerah itu lantas dilimpahkan oleh Ke Lesap kepada Raden Buka.

Sementara itu, Adipati Sumenep Pangeran Arlo Cokronegoro IV atau yang dikenal sebagai Raden Alza, lolos melarikan diri ke Surabaya bersama keluarganya untuk melapor kepada pihak Belanda. Lolosnya Raden Alza itulah yang menyebabkan ia terkenal dengan sebutan Pangeran Lolos. Dari laporan Raden Alza itu, Kompeni Belanda mengetahui bahwa Ke Lesap telah melakukan pemberontakan kepada Kompeni Belanda. Oleh karena itu, seluruh kekuatan pasukan Kompeni Belanda lantas dipindah dan di pusatkan di Madura Barat.

Ke Lesap kemudian menuju Pamekasan melalui jalur sebelah selatan yaitu Bluto, Prenduan dan seterusnya, sebelum akhirnya sampai di Pamekasan. Di Pamekasan, pasukan Ke Lesap tidak tertandingi. Dengan mudah, pasukan Ke Lesap menguasai Keraton Pamekasan karena pada waktu itu rajanya yang bernama Tumenggung Arlo Adikoro IV (Raden Ismail) sedang berada di luar kota. Kebetulan sekali Tumenggung Arlo sedang berada dalam perjalanan pulang dari Semarang dan mampir ke rumah mertuanya yaitu Pangeran Cakraningrat V di Madura Barat Di situ ia mendengar dari ayah mertuanya tentang kejatuhan Pamekasan ke tangan musuh. Cakraningrat V menyarankan kepada menantunya untuk tidak melanjutkaan perjalanan karena Keraton Pamekasan telah ada di tangan Ke Lesap yang diketahui menyerang dari Sumenep.

Mendengar berita buruk tersebut, Adikoro IV murka dan bergetar seluruh tubuhnya. Adikoro IV adalah raja yang pemberani yang tidak mengenal kata mundur atau takut Saran dari mertuanya ia abaikan, dan dengan tergesa-gesa meminta izin undur diri untuk segera ke Sumenep dan bertempur melawan Ke Lesap. Ia merasa sangat bersalah telah meninggalkan rakyat tanpa perlindungan dari rajanya.

Ia menggebrak kudanya kencang-kencang menuju Pamekasan. Sesampainya di daerah Blega, ia berpapasan dengan rombongan kecil yang berisi beberapa pasukan dan abdi-abdi Keraton dari Pamekasan

104