Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/121

Halaman ini telah diuji baca

yang masih setia kepadanya yang kebetulan berhasil melarikan diri sekaligus berniat menjemput Adikoro IV. Pasukan kecil itu dipimpin oleh Raden Mohammad Ashar alias Wongsodiradjo Penghulu Bagandan di Pamekasan sepupu dari pihak ibunya. Raden Mohammad ini menceritakan bahwa patih kerajaan telah gugur dalam peperangan.

Setelah bertemu dan berdiskusi tentang apa yang akan dilakukan, mereka akhirnya memutuskan untuk balik ke Pamekasan sambil lalu mengumpulkan kembali kekuatan sisa-sisa pasukan yang tercerai berai di luar maupun di dalam Pamekasan. Dalam perjalanan ke Pamekasan, pasukan Adikoro IV beristirahat di wilayah Sampang. Saat itulah seorang utusan Ke Lesap datang menemuinya. Ia mengantarkan sebuah surat dari tuannya kepada Adikoro IV. Kebetulan sekali Adikoro dan Raden Mohammad sedang bersantap siang. Karena sedang makan, Adikoro IV meminta Raden Muhammad untuk membacakan surat itu. Surat itu bernada tantangan, dan menyebabkan sang Adipati langsung naik darah. Suapan nasi yang hampir sampai ke dalam mulutnya jatuh dari tangannya dan kembali di atas piringnya. Tidak sengaja piring yang masih penuh dengan nasi tersebut terbanting ke tanah sehingga pecah. Ia lantas menyeru kepada para pasukannya untuk bergegas berangkat berperang. Namun, Penghulu Bagandan, Wongsodirejo, melarangnya untuk pergi.

Penghulu Bagandan minta kepada Adikoro IV supaya besok pagi saja keluar ke medan peperangan, karena menurut perkiraan Penghulu Bagandan, pecahnya piring itu merupakan pertanda buruk bagi Adikoro IV. Adikoro yang tidak kenal takut malah semakin emosi menerima saran ini. Ia bahkan menantang pasukannya untuk bersiapsiap mati melawan Ke Lesap. Sebagai bawahan yang baik, melihat pimpinannya yang begitu kukuh ingin berperang, mereka memberanikan dirinya untuk menemani junjungan mereka tersebut menyongsong maut.

Pertempuran besar terjadi setibanya rombongan Adipati Adikoro IV di Pamekasan. Sayangnya, pertempuran itu tampak tak seimbang karena jumlah pasukan Adipati jauh lebih sedikit daripada pasukan Ke Lesap. Ditambah lagi adanya kodhi crancang, pasukan Adikoro dibuat semakin tak berdaya. Adipati sendiri terluka parah. Perutnya sobek,

105