Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/125

Halaman ini telah diuji baca

Cakraningrat V ternyata sepakat untuk memilih tidak menunaikan tugas ini atau dengan kata lain mereka memilih disersi. Mereka melakukan hal ini karena merasa tugas ini tidak sesuai dengan kata hati mereka. Mereka sebenarnya tidak membenci sang Raja, atau pula bersimpati pada gerakan Ke Lesap. Mereka hanya berpikir, meminta bantuan Belanda adalah tindakan seorang pengecut yang tidak cinta pada tanah airnya. Mereka telah melihat perangai Belanda yang sok berkuasa ketika beberapa kali opsir-opsir Belanda datang berkunjung ke Bangkalan. Untuk mewujudkan perasaan tidak sukanya atas perintah ini, mereka berencana keesokan harinya akan memacu kuda mereka bukan ke arah Surabaya tetapi menjauh ke arah yang lain.

Beberapa penasehat Raja yang lain yang mengetahui niat dari keempat penasehat tersebut membisiki Raja akan kondisi ini. Raja pun marah. Di saat kondisi genting seperti ini, ternyata ada bawahannya yang malah melawan perintahnya. Raja menyangka bahwa keempat penasehatnya ini besok akan membelot ke pihak musuh dan bergerak ke Pamekasan dengan mengambil rute sepanjang pantai utara Madura. Ia pun memerintahkan prajuritnya untuk membawa ke empat penasehat tersebut kepadanya. Dengan sigap dan patuh para prajurit yang diperintah segera berlalu dari hadapan sang Raja untuk segera menangkap keempat penasehat.

Akan tetapi sebelum prajurit datang membawa keempatnya ke hadapan sang Raja, keempat penasehat itu sudah memiliki firasat buruk dan dengan tergesa-gesa melaksanakan rencana mereka sebelum waktunya. Mereka sebenarnya sadar bahwa perbuatan mengkhianati Raja seperti ini akan membawa mereka pada hukuman pancung sehingga merekapun lari terlebih dahulu.

Mereka kabur dari istana dengan menunggang kuda sebelum prajurit-prajurit Raja mendatangi rumah dinas mereka. Mereka lari ke arah utara menuju Geger. Di Geger, kuda-kuda mereka yang kelelahan mereka tinggal dan selanjutnya mereka memilih untuk berjalan kaki. Mereka berjalan tanpa henti sedikit pun untuk sejenak beristirahat. Akhirnya keempat orang tadi sampai di sebuah desa yang sangat terpencil. Sebuah desa yang jarang sekali penduduknya.

109