puluh satu, ia menjumpai sesosok ikan raksasa sebesar kapal mendekatinya dengan cepat. Ikan ini adalah jelmaan dari jin yang merasa terganggu oleh tirakat dari Balipoh. Mulut ikan ini membuka lebar bermaksud menelan tubuhnya beserta batu layar tempatnya bertirakat. Balipoh pasrah akan hal ini dan menyerahkan semuanya pada Allah. Ia yakin, jika Allah berkehendak, maka ia akan selamat dari makhluk mengerikan itu. Jika tidak, apa mau dikata, ia siap ditelannya hidup-hidup.
Kepasrahan Balipoh ternyata dilihat oleh Allah. Sewaktu ikan raksasa itu hampir menelannya, tiba-tiba muncullah ikan besar lainnya yang berbentuk ikan mondung (hiu) menubruk ikan raksasa itu sehingga menjauh dari Balipoh. Tubrukan dua ikan besar tersebut menciptakan gelombang air besar yang membasahi sekujur tubuh Balipoh. Dua ikan tersebut lantas berkelahi di hadapan Balipoh dan terlihat bahwa ikan yang telah menyelamatkan nyawanya dengan menubrukkan dirinya pada ikan raksasa tadi berada dalam kondisi terdesak. Pantas saja mondung terdesak, ukuran tubuh lawannya jauh lebih besar darinya.
Mengetahui bahwa mondung akan kalah, tiba-tiba secara ajaib,ikan itu berinisiatif mengajak Balipoh berbicara. Mondung itu berbicara dengan menggunakan bahasa yanag dimengerti oleh Balipoh yaitu bahasa manusia. Ikan itu berkata akan menolong Balipoh dan meminta Balipoh naik ke punggungnya. Karena tidak punya pilihan, Balipoh yang sebenarnya agak ragu akhirnya menjatuhkan tubuhnya memeluk tubuh besar si mondung.
Dengan cepat, mondung kemudian balik badan dan menghindar dari serangan ikan raksasa. Meskipun tubuhnya lebih kecil, dalam urusan kegesitan, mondung ternyata berada di atas si ikan raksasa. Tidak berapa lama, mondung dan Balipoh telah meninggalkan Batu Layar dan berenang menuju utara. Dalam perjalanan, mondung itu lantas menceritakan siapa sebenarnya ikan raksasa tadi. Disebutkan bahwa ikan tersebut adalah raja penguasa jin yang merasa tersaingi oleh Balipoh karena mampu melakukan tirakat selama dua puluh satu hari lamanya di Batu Layar. Raja penguasa jin itu tidak senang pada Balipoh dan bermaksud memakannya agar ia tidak memiliki saingan.
115