Karena terlalu asyik berbincang-bincang, mereka tidak menyadari sesuatu telah terjadi pada kambing mereka. Setelah beberapa lama berbincang dan kambing-kambing mereka dianggap telah cukup makan, Mean dan Suli memutuskan untuk pulang. Betapa terkejutnya mereka mengetahui bahwa kambing mereka berkurang satu. Mereka memutuskan untuk mencari kambing tersebut di sekitar lokasi penggembalaan, tetapi kambing itu tidak ditemukan.
Setelah lelah mencari namun tidak diketemukan jua, keduanya sepakat untuk pulang. Setiba di rumah, Suli lantas bercerita kepada istrinya tentang apa yang sudah dialaminya hari itu. Istrinya itu hanya menatap kebingungan. Mereka kebingungan bahkan heran dan mencoba mencari tahu kira-kira kemana kambing itu pergi, kepada orang-orang yang ada di sekitar rumahnya utamanya orang-orang tua.
Ketika Suli menceritakan hal ini pada tetangga-tetangganya, dijumpai fakta bahwa beberapa dari tetangganya juga mengalami hal yang sama. Tidak hanya sekali, bahkan ada beberapa orang yang menceritakan pernah kehilangan kambing sebanyak dua kali di tempat yang sama dengan hari yang berbeda, tanpa diketahui kemana kambing-kambing itu pergi. Orang-orang yang kambingnya hilang itu malas mencari kambing-kambing itu. Mereka masih teringat kata-kata orang-orang sepuh bahwa daerah itu adalah daerah bervit (angker). Mereka berpikir, kambing-kambing itu pastilah dibawa lari penunggu tempat itu dan tidak akan mungkin kembali. Suli tidak mengetahui cerita-cerita ini karena ia sebenarnya orang baru di desa itu. Ia pindah ke tempat itu karena menikahi istrinya yang memang orang situ.
Suli yang pemberani tidak menelan mentah-mentah cerita itu. Sukar baginya percaya bahwa ada makhluk ghaib yang suka makan kambing. Kalau hanya sekedar lewat dan menampakkan diri, dia sudah sering melihat, tapi makan kambing, berat rasanya untuk percaya. Pasti ada sesuatu yang aneh.
Suli lantas mengungkapkan keheranannya dan mengajak para tetangga itu berpikir rasional dan mengajak mereka membuktikan kebenaran cerita itu. Para tetangga yang sifat tradisionalnya masih kuat, tentu saja menolak mentah-mentah ajakan Suli. Mereka takut kena kualat. Baru ketika Suli mengajak taruhan, bahwa jika mereka
121