kebingungan. Untuk menjaga agar ular itu tidak masuk kembali ke lubang Gua, warga menutup gua itu. Sebagian warga ada yang menutup goa itu dengan batu sebagian lagi dengan kayu-kayu yang dibakar hingga ular itu bingung mau kemana.
Karena bingung tidak tahu mau kemana, ular itu pun akhirnya melingkar di lapangan berumput. Setiap ada warga yang mendekat, kepalanya ditegakkan seolah-olah bermaksud mematuk. Tindakan ular itu tentu saja membuat warga yang kecil nyalinya menjadi ketakutan. Mengetahui bahwa warga masih ada yang ketakutan membuat Suli memutar otak. Dengan sedikit nekat, ia mengambil batu sebesar kepalanya dan melempari ular itu dengan batu tersebut. Ular itu merasa kesakitan dan menggeliat-geliat liar. Warga yang lain pun juga melakukan hal yang sama, melempari ular itu dengan apa saja yang bisa dilempar. Tidak tahan dilempari terus, ular itu lantas mendongakkan kepalanya semakin tinggi yang membuat ular itu nampak sangat besar. Warga yang melihat ini mundur secara teratur karena jika ular itu mau, akan mudah baginya untuk menyerang siapa saja yang berada di dekatnya.
Mundurnya para warga dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh si ular. Secepat kilat, ia merayap pergi menuju ke arah selatan dan tak kembali. Warga yang semula ketakutan dan mundur, mengetahui ular itu telah pergi lantas mendekat ke tempat dimana ular tersebut melingkar. Warga terkejut sekaligus heran, karena tanah lapang yang tadi sempat dilingkari ular kini berubah menjadi seperti kolam. Adapun jejak perayapan ular juga membentuk cerukan yang panjang. Warga yang masih penasaran dengan arah kemana ular itu pergi lantas mengikuti cerukan. Cerukan itu begitu panjang dan mengarah menuju laut lepas. Warga mengira ular tersebut sudah mati di Jaut itu, dan meskipun tidak mati, setidaknya ular itu tidak akan kembali dalam jangka waktu yang lama. Wargapun langsung bergegas pulang.
Pagi harinya, berita tentang kalahnya ular raksasa menyebar dari mulut ke mulut. Para ibu yang malam sebelumnya tidak ikut penyerangan mengajak suami mereka kembali ke tempat suami mereka menyerang ular. Berbondong-bondong mereka kembali ke
124