Banyak diantara mereka yang bahkan tidak tahu sama sekali jikalau semalam, masjid itu terbakar.
Mereka pun balik ke kantor untuk melaporkan kebenaran hal ini termasuk juga tentang tidak tahu menahunya masyarakat akan kebakaran semalam. Dalam hati kecil mereka, mereka memiliki firasat, bahwa masjid itu bukanlah sembarang masjid. Sesampainya di kantor, opsir Kompeni lantas menceritakan rencana mereka selanjutnya untuk menghancurkan masjid. Kali ini, mereka akan berpura-pura mengejar buronan yang bersembunyi di dalam masjid, dan dengan alasan ini, mereka dapat menghujani masjid dengan meriam atau dengan senapan. Beberapa orang dari orang-orang suruhan tersebut lantas ditunjuk untuk berpura-pura menjadi buron. Mereka harus lari ke dalam masjid dan menunggu hingga tentara Kompeni tiba. Ketika tentara Kompeni tiba, mereka bisa menyelinap meninggalkan masjid dan menyerahkan sisanya kepada tentara Kompeni yang bertugas. Rencana ini pun dimatangkan, dan esok harinya, rencana ini dilaksanakan.
Pagi-pagi sekali, satu regu dari Kompeni Belanda telah terlihat sibuk mengenakan atribut tentara. Mereka membawa senapan di punggung masing-masing dan terlihat serius mendengarkan instruksi salah satu opsir. Serdadu-serdadu asli Belanda yang dibariskan itu telah diberi briefing bahwa mereka akan mengadakan pengejaran pura-pura dengan tujuan untuk meratakan masjid. Setelah waktu disepakati, mulailah mereka berlarian dan berteriak-teriak seakan-akan benar-benar mengejar buron kelas berat. Adapun orang-orang suruhan Belanda, telah bersiap-siap pula melaksanakan rencana dengan menunggu Belanda di ujung desa. Pagi itu pun desa menjadi ramai, dan beberapa kali suara senapan terdengar menyalak.
Rakyat yang melihat itu menjadi ketakutan. Beberapa yang tidak sempat mencari tempat perlindungan tiarap atau jalan berjongkok menghindari letusan senapan atau tabrakan dari prajurit Kompeni yang berlarian. Mereka heran, ada apakah gerangan sepagi itu suasana sudah ribut Ketika mereka mendengar sayup-sayup suara buron, barulah mereka paham, bahwa Kompeni itu sedang mengejar seseorang.
130