Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/147

Halaman ini telah diuji baca

Pengejaran regu Belanda itu berhenti di depan masjid. Di depan masjid, mereka lantas berhenti dan berteriak keras-keras meminta orang yang ada di dalamnya untuk keluar. Di dalam masjid, tidak ada orang satu pun. Pengurus masjid masih ada dirumahnya karena waktu itu masih terlalu pagi untuk memulai kegiatan di masjid. Para serdadu itu berpura-pura seakan-akan buron di dalam masjid padahal buron pura-pura yang dimaksud telah menyelinap jauh ketika regu serdadu itu bersiap dengan senjata mereka. Satu opsir yang sepertinya bertindak sebagai ketua regu meminta para serdadu itu bersiap untuk menembak. Ia pun menghitung mundur. Ketika hitungan mundur selesai, puluhan senapan menyalak dengan keras mengeluarkan peluru dan menyisakan asap mesiu. Masjid itu pun rusak di beberapa bagian karena berlubang terkena peluru. Namun tidak ada sosok yang keluar.

Masyarakat yang menyaksikan hal itu menarik nafas dalam-dalam melihat kelakuan tentara Belanda. Dengan sedih, mereka melihat kerusakan yang ditimbulkan senapan itu pada dinding masjid tapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Seakan-akan tidak puas dengan kerusakan yang dibuat para serdadu, pimpinan regu lantas memerintahkan anak buahnya untuk bersiap sekali lagi menembak. Kali ini mereka menunggu sesuatu. Ketika yang ditunggu tiba yaitu personel pembawa meriam kecil, maka tembakan kedua pun dilakukan. Peluru-peluru senapan dan meriam dimuntahkan dari moncongnya masing-masing. Tentu saja hal ita makin membuat masjid menjadi makin rusak. Tembakan-tembakan itu diulang puluhan kali hingga masjid itu pun tidak lagi berbentuk indah. Anehnya, masjid itu tidak rubuh. Jangankan rubuh, bergoyang-goyang Saja pun tidak.

Setelah merasa lelah dan bosan menembak, sang opsir memerintahkan para serdadu untuk berhenti menembak. Ia dan beberapa orang tentara lantas bergerak memasuki masjid seakan-akan bermaksud memastikan bahwa buron itu telah berhasil dieksekusi. Tidak beberapa lama, ia muncul dari bangunan yang rusak itu. Dari gelengan wajahnya, para penduduk yang melihat tahu bahwa

131