Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/149

Halaman ini telah diuji baca

kompeni Belanda, apapun harus mereka hadapi, meskipun hal yang ajaib sekalipun.

Berhadapan dengan hal yang istimewa, para opsir mulai terbuka pikirannya. Mereka sadar bahwa mereka tidak bisa melakukan cara yang biasa untuk mewujudkan keinginan itu. Sekali lagi, mereka mengutus orang-orang pribumi suruhan untuk mencari tahu mengapa masjid itu begitu istimewa dan ajaib.

Kali ini orang-orang suruhan itu bekerja dengan cara yang berbeda. Jika sebelumnya mereka mencari informasi pada orang-orang yang berada di sekitar masjid, kali ini, mereka mencari informasi langsung kepada orang yang mengurus masjid. Mereka berpura-pura menjadi santri yang ingin belajar agama di tempat itu dan kebingungan mencari pondok Rencana ini pun akhirnya berhasil.

Dari orang-orang sekitar, orang-orang suruhan ini mendengar kabar bahwa masjid ini dijaga seseorang. Seseorang ini selalu membersihkan dan merawat masjid setiap malam saat semua orang sedang terlelap. Seseorang itu juga yang selalu mengumandangkan adzan di masjid, dan yang mengajak masyarakat Arosbaya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan spiritual. Mereka menyebut seseorang ini sebagai Pak Takmir. Orang-orang suruhan Kompeni ini berhasil bertemu dengan takmir masjid, yaitu seorang laki-laki setengah baya yang telah bekerja menghidupkan masjid itu selama kurang lebih tiga belas tahun lamanya. Dari takmir itu, orang-orang suruhan tersebut mendapatkan cerita bahwa sang takmir pernah bermimpi puluhan tahun yang lampau didatangi seorang kakek yang saleh yang memberikan kewenangan terhadapnya untuk memelihara masjid ini. Kakek saleh itu juga berpesan bahwa, ada kekuatan yang tak terlihat oleh mata siapa pun yang akan melindungi masjid itu. Seberapa besar senjata yang digunakan untuk menghancurkan masjid, dengan izin Allah, Masjid itu tidak akan hancur.

Cerita ini lantas disampaikan kepada para opsir Kompeni. Mendengar ini, para opsir lantas berembuk membicarakan apa yang harus mereka lakukan. Dalam pembicaraan mereka itu, mereka sepakat bahwa cara-cara kasar tidak bisa mereka lakukan. Jika dilanjutkan, rakyat akan marah dan bisa jadi mereka akan

133