niat invasi tersebut, memilih mengangkat senjata melawannya. Akhimya pertempuran besar pun tidak terelakkan. Dua pasukan sama-sama kuat dan pertempuran berakhir imbang.
Mengetahui bahwa tidak mudah untuk menaklukkan tentara Medang Kamulan, jenderal dari bangsa Cina memutuskan untuk menggunakan tipu daya muslihat Tentara Medang Kamulan tidak diserang dengan tentara, namun diserang dengan penyakit menular yang berupa cacar. Waktu itu penyakit cacar adalah penyakit baru dan belum dikenali keberadaannya di Kerajaan Medang Kamulan. Akibat serangan penyakit ini, sebagian besar tentara Medang Kamulan tidak dapat berperang dengan baik. Tidak hanya tentaranya, rakyat bahkan para bangsawan pun terkena wabah penyakit ini.
Prabu Giling Wesi gelisah mengetahui masalah ini. Akibat wabah yang menyebar, kemampuan tentaranya untuk berperang semakin menurun. Selain itu, banyak rakyatnya yang sakit parah atau terlambat mendapatkan pertolongan harus menyerahkan diri pada takdir, mati akibat penyakit yang aneh ini. Berbagai upaya dilakukan oleh tabib-tabib istana untuk mengusir penyakit ini, namun penyakit ini tidak kunjung hilang.
Suatu ketika, prabu Giling Wesi mendapat kunjungan dari rakyatnya yang bekerja sebagai nelayan. Mereka menceritakan keberadaan seorang pemuda sakti ahli mengobati yang berasal dari sebuah pulau di ujung utara yang bemama Segoro. Tertarik dengan cerita nelayan tersebut Prabu Giling Wesi memerintahkan patihnya dengan ditemani para nelayan berkunjung ke pemuda yang dianggap sakti tersebut Patih yang diperintahkan adalah Patih Muda yang belum banyak pengalaman namun pemberani. Raja bertitah kepada patih agar membawa pemuda tersebut untuk mengusir penyakit yang melanda kerajaan. Jika berhasil, prabu menjanjikan sebuah hadiah yang sangat besar bagi pemuda tersebut.
Sang Patih dengan penuh hormat menjalankan perintah dari raja. Berangkatlah ia bersama para nelayan ditemani beberapa prajurit pilihan ke pulau yang dimaksud Sesampainya di pulau yang dimaksud, ia segera mencari tempat kediaman Raden Segoro. Raden
8