Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/26

Halaman ini telah diuji baca

kerajaan Cina, dan bugarnya tentara Medang Kamulan, kondisi peperangan mulai berbalik. Kondisi tentara Medang Kamulan lebih kuat, sedang kondisi tentara Cina menjadi menurun.

Di saat kondisi tentara Cina sudah kacau, Raden Segoro sambil menjadi salah satu panglima kerajaan Medang Kamulan untuk menyerang tentara kerajaan Cina. Di medan perang, Pangeran Segoro tampil trengginas dan gagah perkasa. Tombak Kiai Nenggolo berkelebat kesana dan kemari merusak formasi peperangan tentara Cina. Ki Poleng yang wujudnya tidak kelihatan juga membantu Raden Segoro. Sekali Ki Poleng bergerak, puluhan prajurit berjatuhan. Ada yang mati ada yang pingsan, sehingga gegerlah pasukan Cina melihat keanehan ini. Karena semakin banyak tentara Cina yang mati secara ajaib, maka pasukan musuh yang tersisa segera melarikan diri dari medan pertempuran.

Raja merayakan kemenangan itu dan memberi gelar Tumenggung Gemet kepada Raden Segoro. Selain itu raja berkeinginan untuk menikahkan Raden Segoro dengan salah seorang putrinya yang tak lain adalah adik dari Bendoro Gung. Raden Segoro merasa senang akan hal ini, tapi Ki Poleng membisikinya untuk tidak bertindak gegabah serta memikirkan hal tersebut dengan matang. lapun meminta Raden Segoro berkonsultasi dulu pada ibunya di Madura.

Saran ini diikuti Raden Segoro. Dengan bahasa yang halus, Raden Segoro meminta maaf untuk sementara waktu masih belum bisa memutuskan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa sebagai anak yang baik, ia tidak akan memutuskan sesuatu tanpa berkonsultasi dahulu dengan ibundanya, orang tua kandung satu-satunya yang ada di Madura. Raja paham akan hal ini dan karenanya raja menyuruh Raden Segoro menemui ibunya untuk menyampaikan maksud tersebut. Dengan dikawal oleh tentara kehormatan, Raden Segoro pulang dan menyampaikan maksud raja.

Sesampainya di Madura, Raden Segoro menceritakan apa yang sudah dialaminya. Ki Poleng juga membenarkan cerita Raden Segoro. Demi mendengar permintaan tersebut, menangislah Bendoro Gung. Ia dengan tegas menolak permintaan Sang Raja. Pada awalnya, Raden