Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/27

Halaman ini telah diuji baca

Segoro merasa aneh serta sedikit kecewa akan keputusan ibunya. Untuk menghilangkan kekecewaan anaknya, maka Bendoro Gung lantas mengungkapkan semua cerita seputar dirinya, bahwa ia dan Ki Poleng berasal dari Medang Kamulan, bahwa dirinya adalah putri dari sang Raja, bahwa Raden Segoro tak lain adalah cucu dari Sang Hyang Tunggal yang baru saja ditolongnya dan calon istrinya tak lain adalah bibinya sendiri. Mendengar cerita ini, Raden Segoro menjadi terharu dan mereka berpelukan sambil menangis.

Keputusan sudah dibuat. Raden Segoro mendukung apa yang dikatakan ibunya. Dengan langkah mantap, ia menemui komandan pasukan pengawal kerajaan dan menyampaikan keputusan tersebut Ia menitipkan salam dan permohonan maafnya karena lancang menolak anugerah yang besar dari sang Raja. Mendengar hal ini, komandan pasukan beserta anak buahnya segera undur diri. Dengan tergesa-gesa, mereka menyampaikan berita tersebut pada sang Raja.

Rajapun murka. Ia merasa kehormatannya terusik karena Raden Segoro berani menolak pemberiannya. Ia merasa, tidak layak seorang rakyat biasa menolak titah sang Raja apalagi menolak pemberiannya yang berupa putrinya sendiri yang cantik. la merasa bahwa di mata Raden Segoro dan ibunya, putrinya tidak berharga apa-apa dan karenanya mereka menolak Penolakan inilah yang dianggap raja sebagai penghinaan. Di dalam kemarahannya, raja memerintahkan salah seorang panglimanya untuk menyiapkan tentara perang. Tentara ini ditugaskan untuk membawa pulang hidup-hidup Raden Segoro ke Medang Kamulan untuk diberi hukuman.

Berita tentang persiapan penyerangan terdengar luas di kerajaan. Mendengar hal ini, beberapa rakyat yang merasa berhutang budi pada Raden Segoro berangkat ke Madura mendahului pasukan sang Raja. Mereka bermaksud menyampaikan rencana sang Raja dan meminta Raden Segoro untuk bersiap atau pindah ke tempat lain mencari selamat.

Raden Segoro mendengar kabar ini tidak merasa gentar. la merasa, berapapun tentara yang dikirim, ia pasti bisa mengatasinya. Apalagi ada Ki Poleng dan beberapa bekas tentara Ki Poleng di sekitarnya. la siap perang dan mempersiapkan segala sesuatunya.