Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/28

Halaman ini telah diuji baca

Berita penyerangan Raja, dan persiapan Pangeran Segoro juga didengar Bendoro Gung yang pada waktu itu sedang melakukan pertapaan di Gunung Geger. la mendengarnya melalui suara-suara gaib dari angin yang mendesir di sekitar pertapaannya. Dengan tergesa-gesa ia turun gunung dan melarang putranya berperang. la merasa takut, bukan karena Raden Segoro akan gugur, tetapi ia takut kesaktian Raden Segoro akan menghancurkan sang Raja. Dengan lembut, ia menenangkan anaknya yang gagah dan memberikan pengertian. Ki Poleng pun juga memberikan pertimbangan yang sama bahwa tidak etis memang berperang melawan ayahnya sendiri. Untuk menghindari konflik, merekapun berjalan ke utara menjauh dari tempat tinggal mereka agar tidak ditemukan oleh tentara kerajaan Medang Kamulan.

Rombongan Raden Segoro berjalan ke utara melewati bukit dan pepohonan. Di sebuah hutan lebat, yang ditengahnya dibelah oleh sungai yang banyak ditumbuhi pohon Nipah, atau tempat yang sekarang kita kenal sebagai Hutan Nepa, Raden Segoro dan rombongan berhenti. Raden Segoro dan Bendoro Gung merasa tempat itu cukup aman dari kejaran pasukan kerajaan Medang Kamulan. Di tempat tersebut mereka lalu membangun pemukiman.

Pemukimanpun telah dibangun. Tetapi hati Bendoro Gung masih belum tenang. Untuk menenangkan dirinya, ia mulai melanjutkan pertapaannya yang sempat terhenti di Gunung Geger. Ki Poleng dan Raden Segoro pun mengikuti apa yang dilakukan Bendoro Gung. Atas kuatnya keinginan mereka bertiga untuk dapat menghindar dari kejaran pasukan Raja Medang Kamulan, Sang Mahakuasa akhirnya mengabulkan doa mereka bertiga. Beberapa saat setelah mereka bertapa, secara ajaib mereka bertiga menghilang dan prajurit yang mengiringi Raden Segoro dari Medang Kamulan berubah jadi kera. Konon itulah asal-usul kera-kera yang banyak berada di desa Nepa sekarang ini.

Menurut cerita rakyat setempat, orang-orang tertentu yang memiliki tingkat spiritual yang tinggi, bisa melihat sosok Raden Segoro yang gagah disertai pakaian perang yang dilapisi kilauan emas. Konon pula mereka dapat melihat bahwa hutan Nepa sebenarnya bukanlah