Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/32

Halaman ini telah diuji baca

semakin lama semakin keras menyebabkan ia memberanikan diri untuk pamit pada Lembu Peteng untuk meneruskan petualangannya. Dengan berat hati, Lembu Peteng dan keluarganya di Proppo melepas kepergian Aryo Menak.

Setelah persiapanya cukup, ia melakukan perjalanan menuju barat Pamekasan melewati Sampang dan Bangkalan sisi sebelah selatan. Ia berhenti di sebuah tempat yang sekarang berada di wilayah Kecamatan Modung Bangkalan. la berhenti cukup lama karena mengalami hal sangat luar biasa yang akan merubah hidupnya.

Di sebuah dusun di wilayah Bangkalan, terdapat sebuah sumber mata air bernama “Sumber Karang” yang dipercaya sebagai tempat pemandian bangsa jin. Bangsa jin ini memiliki bentuk fisik yang sangatcantik dan karenanya dipanggil sebagai bidadari. Sumber Karang ini terus menerus mengeluarkan air hingga meluap, menyebabkan dusun ini kerap kali tertimpa banjir setiap musim penghujan turun. Segala cara dilakukan untuk menghentikan banjir ini namun tidak ada satu pun yang berhasil.

Para pemuka desa pernah berusaha untuk menanggulangi banjir yaitu dengan cara membuat parit-parit kecil berbentuk cangkir untuk mengalirkan air agar tidak terlalu meluap. Setiap 500 meter, sesepuh dan warga desa membuat parit yang bercabang sehingga di dusun itu banyak dijumpai soksok atau kali. Adanya banyak galian yang berbentuk cangkir menyebakan dusun ini dikenal sebagai Dusun Cangkreng yang berasal dari kata cangkir. Sayangnya, cara itu ternyata tidak berhasil.

Suatu ketika, kepala dusun bermimpi. la bermimpi bertemu dengan seseorang yang sangat saleh yang menyatakan bahwa akan datang ke dusun itu seorang pemuda yang dapat menghentikan banjir itu. Orang saleh itu meminta kepala dusun agar jika menjumpai pemuda yang demikian, segeralah hentikan pemuda itu dan jamulah dengan baik.

Aryo Menak yang kebetulan lewat, ciri-cirinya sangat pas dengan mimpi yang dialami kepala dusun. Ia kemudian diminta singgah dan dijamu dengan baik oleh warga sekitar. Di saat jamuan itu, kepala dusun kemudian mengeluhkan kondisi dusun kepada Aryo Menak.