Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/35

Halaman ini telah diuji baca

laki-laki sangatlah tampan, sedangkan yang perempuan sangatlah cantik. Cara berpakaian mereka berdua yang berbeda yaitu "ajung penjung" yaitu hanya menggunakan selembar kain yang dililitkan ke tubuh yang disebut "sarung" untuk pria, dan sewek dan samper untuk wanita, lantas ditiru masyarakat Karang Anyar hingga sekarang. Kebiasaan ini menjadi cikal bakal dari adanya desa baru yang mana orang-orangnya berpakaian seperti Aryo Menak dan Nyi Sekar Tanjung, yaitu Desa Karang Tanjung.

Dikisahkan, bahwa Nyi Sekar Tanjung ini memiliki kekuatan gaib. Ia dapat memasak sebelanga nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya adalah Aryo Menak tidak boleh menyaksikan bagaimana caranya ia memasak. Nyi Sekar Tanjung melarang Aryo Menak membuka penutup wadah nasi yang disebut kendil ketika ia sedang menanak nasi. Ia juga berpesan agar Aryo Menak menjaga apinya agar tetap menyala.

Setiap hari bidadari selalu memasak tapi lumbung beras milik Aryo Menak tetap penuh. Hal ini membuat Aryo Menak menjadi penasaran ingin tahu. Namun ia masih teringat janji bahwa ia tidak boleh melihat istrinya memasak. Tapi lama-kelamaan Aryo Menak tidak sanggup lagi menahan rasa ingin tahunya.

Suatu ketika, istrinya pamit hendak mencuci pakaian di sungai yang cukup jauh dari rumahnya. Seperti biasa, ia berpesan kepada suaminya untuk menjauhi kendil masak dan menjaga api tungku agar selalu menyala. Bagi Aryo Menak, itu adalah kesempatan yang bagus untuk menuntaskan rasa penasarannya. Ia kemudian pergi ke dapur dan membuka kendil masak milik istrinya. Setelah Aryo Menak membuka kendil masak istrinya, saat itulah kesaktian kendil masak milik istrinya serta merta hilang.

Saat istrinya pulang untuk memasak nasi seperti biasa, ia kaget karena kesaktian kendil miliknya telah hilang. Beras yang dimasak jumlahnya masih satu dan tidak matang. Melihat hal ini, sang bidadari menyadari bahwa suaminya telah membuka panci miliknya. Pekerjaan berat mulai terbayang dibenaknya karena dari kejadian itu, ia harus bekerja keras seperti kebiasaan masyarakat yang lain. Ia harus menumbuk padi dahulu jika ingin menanak nasi.

19