Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/40

Halaman ini telah diuji baca

dihasilkan dari sang batu ini dapat berakibat ganda. Jika digunakan untuk kebajikan, pusaka itu akan sangat berguna, namun jika digunakan untuk kejahatan, pusaka itu dapat melenyapkan sebuah bangsa.

Setelah mendapatkan mimpi ini, sang raja lantas mengutus patih pilihannya untuk bergerak menuju timur dalam rangka membuktikan kebenaran mimpi tersebut. Sebelum berangkat, sang raja memberitahukan kepada sang patih gambaran-gambaran tempat yang harus ia kunjungi. Gambaran tempat itu ia dapatkan dalam mimpi. Sang patih dengan hormat lantas berangkat melaksanakan perintah itu. Ia membawa beberapa puluh prajurit pilihan untuk ikut bersamanya.

Beberapa minggu kemudian, kembalilah sang patih dari pencariannya dan ia pun langsung menghadap sang raja. Ia menyampaikan bahwa mimpi sang raja adalah mimpi yang benar. Batu itu benar adanya, namun sayangnya, batu itu beratnya luar biasa. Para prajurit yang menemani patih, semuanya tidak ada yang mampu untuk mengangkat batu itu. Jangankan terangkat, bergerak saja pun susah.

Mendengar ini, raja pun lantas mengutus lebih banyak lagi tentara untuk mengangkat batu tersebut. Hal yang sama pun sekali lagi terjadi. Dikerubung seberapa banyak tentara pun, batu itu begitu perkasa di tempatnya. Para tentara kerajaan, dengan tertunduk lesu menyerah, kermbali ke kerajaan.

Sekali lagi, sang raja kemudian membuat sayembara. Kali ini sayembara ini berbunyi barang siapa yang mampu membawa batu itu kehadapan sang raja, maka orang yang dapat membawa batu itu akan diberi hadiah sebuah daerah di bagian barat Jawa, pundi-pundi emas yang melimpah dan ia akan diangkat menjadi panglima kerajaan. Hadiah yang begitu banyak ini tentu saja menarik banyak orang untuk ikut. Mereka yang merasa mampu atau mereka yang merasa sebagai satria mencoba mengangkat batu ini, tapi tak satu pun yang berhasil.

Raja pun kembali murung. Ia sekali lagi berubah menjadi tidak bergairah selama tiga hari. Kali ini, sang raja tidak mengakhiri murungnya dengan bertapa. Ia merasa, ia telah terlalu banyak

24